Gejala Verbalisme Sulitkan Pencasila di Dunia Pendidikan
Satu persoalan yang membuat nilai-nilai Pancasila sulit membudaya di dunia pendidikan di Indonesia, yakni lahirnya gejala verbalisme. Faktanya, para guru kerap membicarakan kebaikan atau nilai-nilai utama dalam Pancasila tetapi minim tindakan nyata.
"Sang guru merasa sudah benar ketika telah membicarakan kebaikan, tapi tidak mempraktikkan nilai-nilai itu dalam keseharian," kata KH Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriah PBNU, dalam seminar di Jakarta, dikutip ngopibareng.id, Minggu 21 Juli 2019.
Seminar juga menampilkan pembicara, seperti Yudi Latif, Kepala Badan Peminaan Ideologi Pancasila 2018, M Wahyuni Nafis, Ketua Yayasan Nurcholish Madjid Society, dan Fachrurozi Majid, Direktur Eksekutif NCMS.
"Sang guru merasa sudah benar ketika telah membicarakan kebaikan, tapi tidak mempraktikkan nilai-nilai itu dalam keseharian," kata KH Ahmad Ishomuddin.
Karena itu, dalam seminar tersebut dihasilan rumusan yang menekankan para guru perlu strategi baru membudayakan Pancasila di sekolah. Caranya dengan:
1) menumbuhkan keyakinan bahwa nilai-nilai Pancasila itu relevan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
2) mengajarkan ilmu dan transfer pengetahuan tentang Pancasila secara baik dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
3) mendorong agar nilai-nilai Pancasila mengejawantah dalam kehidupan sehari-hari dengan contoh-contoh konkret semisal mengajak para siswa mengunjungi rumah ibadah atau komunitas yang berbeda agama atau etnis. Lewat cara-cara ini diyakini nilai-nilai Pancasila bisa lebih membudaya di sekolah. (adi)
Advertisement