Perahu Baja Ditemukan di Bengawan Solo Diperkirakan Sisa Kolonial
Masyarakat khususnya warga Lamongan digemparkan dengan penemuan perahu baja berusia tua. Diperkirakan, perahu itu merupakan peninggalan zaman kolonial Belanda.
Terdapat sebanyak tiga buah perahu baja ditemukan di dasar Sungai Bengawan Solo yang berada di wilayah Desa Mertani, Kecamatan Karanggeneng, Lamongan.
Keberadaan perahu itu pertama kali ditemukan Mohammad Amam, Senin 7 Oktober 2019. Dia warga Desa Mertani, Kecamatan Karanggeneng, Lamongan.
Ia mengaku tak sengaja menemukan tiga perahu yang terbuat dari baja tersebut.
"Saat itu saya sedang berada di pinggiran sungai. Saya kaget karena melihat ada benda yang muncul dari permukaan air," kata Amam, saat ditemui ngopibareng.id, Rabu 9 Oktober 2019.
Amam yang penasaran, mencoba berenang ke sungai. Dia kemudian mendekati benda mencurigakan tersebut dengan menyelam.
"Saya beranikan diri menyelam, karena juga memang debit air Bengawan Solo lagi surut. Saat menyelam, saya raba-raba dan ternyata ada tiga perahu, jaraknya berdekatan," terangnya.
Setelah itu, dia lantas memberitahukan temuannya itu ke warga sekitar. Warga pun berdatangan ke lokasi penemuan perahu.
"Kami warga sini sudah coba angkat perahunya tapi gagal. Selain bahannya dari baja yang cukup berat, juga sebagian besar badan perahu masih tertutup lumpur. Jadinya susah diangkat," tuturnya.
Amam menambahkan, diperkirakan perahu tersebut panjangnya berukuran kurang lebih 4-5 meter, dengan lebar sekitar 1,5 hingga 2 meter.
"Saya tidak tahu perahu-perahu itu berasal dari mana. Kalau bentuknya, depannya lancip seperti setrika," ungkapnya.
Penemuan tersebut tentu menggemparkan warga sekitar. Karena perahu itu dianggap unik. Berbeda dari perahu-perahu warga pada umumnya yang terbuat dari kayu.
Perahu tersebut terbuat dari baja. Berupa pelat baja utuh tanpa sambungan las atau perangkat lain. Dan bentuknya seperti setrika.
Pasca penemuan itu, beredar spekulasi bahwa tiga perahu tersebut merupakan sisa-sisa pertempuran zaman kolonial Belanda yang diyakini pernah terjadi di seputar lokasi tersebut.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat setempat, konon pada zaman kolonial dulu, memang di lokasi itu menjadi salah satu medan pertempuran.
"Diketahui kalau lokasi penemuan perahu baja ini pernah terjadi pertempuran, ketika masa kolonial. Tapi itu cerita dari warga, yang memang bukti sejarahnya belum didapatkan," kata pemerhati budaya Lamongan, Supriyo.
Supriyo juga mengaku telah melihat secara langsung penampakan perahu baja tersebut. Meski hanya sekilas karena badan perahu masih terpendam di lumpur, dan yang nongol ke permukaan hanya pucuknya yang terlihat sedikit.
Untuk itu, Supriyo meminta agar pihak-pihak terkait bisa mengangkat perahu dari dasar sungai. Agar nanti bisa terkuak nilai-nilai sejarah yang mungkin terkandung didalamnya
"Yang terpenting, nanti saat sudah bisa diangkat adalah perawatan juga pengamanan tiga perahu baja tersebut," harapnya.