GBT Baunya ‘Harum’ Kok.....
Kalau tahun 2021 Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) jadi digunakan sebagai salah satu venue Piala Dunia U-20, ada baiknya apabila setiap penonton yang datang dari segala penjuru dunia diberi bonus berupa masker.
Apalagi para pemain dari tim peserta Piala Dunia U-20 itu, yang bermain di GBT, juga memakai masker. Langsung saja Indonesia akan menarik perhatian dunia, khususnya GBT yang berada di wilayah Kota Surabaya. Main sepak bola memakai masker, demikian pula penontonnya. Baru kali ini terjadi di dunia.
Mengapa harus pakai masker? Sungguh, lingkungan di kawasan GBT, dalam radius dua kilometer pun, sudah benar-benar tercemar oleh bau menyenggat dari bukit sampah persis di belakang GBT.
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Benowo, lokasinya berhimpitan dengan GBT. Tiap hari ratusan truk masuk membawa sampah dari segala penjuru Kota Surabaya. Namanya saja TPA, jadi sampah-sampah itu, yang menurut Pemkot Surabaya jumlahnya sehari mencapai 1.300 sampai 1.500 ton, adalah tempat paling hulu dari sampah yang berasal dari 3,1 juta penduduk , termasuk 79 pasar yang ada di Kota Surabaya.
Tiap kali ada pertandingan sepakbola di GBT, tidak sedikit penonton di dalam stadion yang menutup hidungnya dengan masker. Termasuk sebagian bonekmania. Memang belum ada pemain dari tim atau klub manapun yang berlaga di GBT dengan memakai masker. Tapi untuk para pemain kelas dunia, tentu tuntutannya jadi beda. Namanya saja kejuaraan dunia.
Pemkot beberapa kali mengeluarkan rilis bahwa untuk mengurangi dampak polusi di TPA Benowo ini, salah satu yang dilakukan adalah membuat green belt sekeliling area TPA, atau disebut buffer zone yaitu daerah penyangga. Tapi sudah berapa tahun pembangunan buffer zone dianggarkan, dua hari lalu aroma sampah tetap saja sangat menyengat.
Sebagaimana GBT, TPA Benowo juga bisa diakses hanya melalui satu jalan yaitu Jl. Jawar Surabaya. Dari Selatan, masuknya melalui simpang tiga Benowo sebelah terminal. Sedang dari utara melalui Romokalisari, jalanan turun ke kiri sebelum jembatan Gresik. Begitu turun ke Jl. Jawar langsung disambut bau menyengat, khas sampah. Padahal jarak ke GBT atau TPA masih 4 kilometer lebih.
Setelah dua kilometer, di kanan dan kiri jalan baru nampak bedeng-bedeng kumuh tempat penampungan sampah jenis plastik. Ada belasan penampungan di kanan kiri jalan hingga sampai ke lokasi GBT dan TPA.
Bahkan persis berseberangan dengan GBT, ada perusahaan dengan lahan cukup luas, di dalamnya ada mesin penghancur plastik. Sampah-sampah plastik yang ditempatkan dalam kantong besar ditumpuk di dalam area pabrik itu.
TPA Benowo sendiri memiliki lahan seluas 37,4 hektar, jauh lebih luas dibanding GBT lengkap dengan areal parkirnya yang tak sampai 4 hektar. Tapi Benowo dibuka Jauh sebelum GBT dibangun pada akhir pasa kepemimpinan Wali Kota Bambang Dwi Hartono tahun 2010.
Saat stadion yang diharapkan sebagai pengganti Stadion Tambaksari ini hendak dibangun, masalah bau sampah dari TPABenowo ini sudah dibahas sehingga banyak warga yang mempertanyakan mengapa stadion dibangun berdekatan dengan TPA. Tetapi pembangunannya tetap berjalan. Mungkin saja Bambang DH yang saat itu hampir mengakhiri dua periode kepemimpinannya di Surabaya, hendak meninggalkan legasi.
Karena keadaannya memang demikian, mau apa lagi? Makanya kalau ada warga yang mengatakan GBT bau sampah, ya jangan lantas ada yang baper. Karena nyatanya memang demikian. Sejak sebelum ada GBT, kawasan di situ sudah bau sampah.
Jadi supaya gak mudah kena penyakit akibat sering baperan, kalau ada orang yang berbicara masalah bau sampah ini, jawab saja dengan santai, GBT baunya harum kok. Tapi jangan lupa siapkan masker. (m.anis)