Gawat, Kecanduan Game Online Dua Remaja di Jember Depresi
Dua remaja di Jember terpaksa dibawa ke RSD dr Soebandi Jember. Mereka harus menjalani perawatan kejiwaan setelah depresi akibat kecanduan game online.
Ibu korban berinisial KM menceritakan, kedua anaknya berinisial EW, 19 tahun (perempuan) dan SA, 17 tahun (laki-laki) menunjukkan gejala depresi sejak 4 tahun lalu.Tepatnya setelah lulus sekolah dasar.
Sebelum itu, EW dan SA bersikap normal seperti anak pada umumnya. Mereka rajin sekolah dan mengaji.
Setelah tamat SD, mereka mulai sering berinteraksi dengan Handphone. Mereka memainkan gome online Mobile Legends.
Mereka sering mengurung diri di kamar, jarang berinteraksi sosial, termasuk dengan orang tua mereka. Mereka hanya keluar kamar saat makan dan mandi.
"Dulu biasa seperti anak pada umumnya. Dia sekolah dan pergi mengaji. Sesudah lulus sekolah dasar ini sering main HP di rumah. Bangun tidur main HP berjam-jam di dalam kamar," katanya, Sabtu, 04 Mei 2024 malam saat berada di salah satu kantor kecamatan di Jember.
Sebagai orang tua, KM sudah berusaha mengingatkan anaknya agar tidak sering bermain HP. Namun, kebiasaan mereka tidak bisa diganggu.
Hingga akhirnya muncul gejala psikis yang kurang baik pada diri mereka. EW mulai terlihat seperti depresi. Satu tahun lalu disusul SA, juga mengalami depresi.
Bahkan, KM merasa terpukul setelah mengetahui kondisi kejiwaan putra putrinya semakin parah. Bahkan, mereka sudah tidak mengenal ibu dan ayah.
"Mereka tidak kenal sama saya. Siapa kamu, saya gak punya ibu, bilang gitu. Sama bapaknya iya juga, gak punya bapak katanya," tambahnya.
Atas kondisi tersebut, EW dan SA dibawa ke Puskesmas untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Puskesmas kemudian merujuk dua remaja itu ke RSD Soebandi. "Kata dokter di RSD Soebandi anak saya depresi karena HP. Jadi sampai sekarang di kasi obat syaraf," pungkasnya.
Sementara itu, petugas Kesehatan Jiwa Puskesmas setempat, Ali Winoto menyampaikan, penyebab anak berinisial EW depresi berawal saat menjadi korban bullying di sekolahnya. Ia harus dirujuk ke Poli Jiwa RSD Soebandi.
Setelah mendapatkan penanganan di RSD Soebandi, EW kemudian melanjutkan perawatan di Puskesmas. "Saat itu saya rujuk ke Poli Jiwa RSD Soebandi. Setelah itu pengobatan di puskesmas," ungkapnya.
Sementara SA, mengalami depresi akibat kecanduan game online. Ia tidak mau ke luar kamar hingga akhirnya juga dirujuk ke RSD Soebandi.
Seperti kakaknya, EW, SA juga dalam penanganan Puskesmas. EW maupun SA sebelumnya sempat putus obat karena faktor ekonomi orang tua, sehingga pengobatan diambil alih Puskesmas.
"Keduanya masih dalam pengawasan pihak puskesmas. Termasuk pengambilan obat dari rumah sakit. Karena sebelumnya sempat putus pengobatan, jadi kami ambil alih. Orang tua mereka sudah lanjut usia dan tidak mampu," pungkasnya.
Advertisement