Gawat, Ditemukan Ikan Berformalin di Probolinggo
Meski formalin dilarang digunakan untuk mengawetkan makanan dan ikan, kenyataannya masih digunakan sebagian pedagang. Terbukti, Pemkot Probolingggo menemukan ikan berformalin yang sampelnya diambil acak di sejumlah pasar di kota tersebut.
Fakta tersebut terungkap saat tim yang dipimpin Wakil Wali Kota (Wawali) M. Soufis Subri melakukan uji laboratorium terhadap sejumlah ikan, Jumat, 8 November 2019. Uji lab dilakukan di Pasar Ikan Mayangan (PIM) Kota Probolinggo.
Sampel ikan yang diambil di antaranya, tongkol, cumi-cumi, ikan merah, dan sejumlah ikan lain. Ikan-ikan tersebut kemudian diuji lab. Pengambilan sampel dilakukan sejak dua hari sebelumnya dengan melibatkan Dinas Perikanan, Dinas Kesehatan, dan DKUPP.
Sampel ikan diambil di Pasar Ketapang, Pasar Mayangan, dan Pasar Baru. Hasil lab menunjukkan, dari 60 sampel ikan, sebanyak 6 ekor ikan diketahui mengandung formalin (10 persen).
“Yang paling banyak ikan jenis teri nasi dan benggol kering diketahui mengandung formalin. Ini menjadi perhatian Pemkot Probolinggo,” ujar wawali.
Dikatakan Pemkot akan memberikan pembinaan kepada para pedagang agar tidak mengawetkan ikan dengan formalin. Soalnya formalin hanya layak untuk mengawetkan jenazah.
Terkait termuan 6 ikan yang mengandung formalin, wawali menjelaskan, hanya satu ikan yang berasal dari Kota Probolinggo. Sedangkan 5 ikan lainnya berasal dari luar Kota Probolinggo.
“Saya yakin pedagang ikan di Kota Probolinggo jujur dengan tidak menjual ikan berformalin,” kata Subri.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Perikanan Kota Probolinggo, Fitriawati mengatakan, segera melakukan pengawasan lebih lanjut terhadap temuan tersebut.
"Kami juga akan memberi edukasi secara khusus bagi pedagang yang hasil uji labnya mengandung formalin," katanya.
Fitri menambahkan, Dinas Perikanan akan mendampingi secara khusus agar tidak ada lagi pedagang yang menjual ikan berformalin. "Kami juga akan menelusuri dari mana ikan-ikan yang mengandung formalin itu berasal," katanya.
Dalam uji lab tersebut, kata Fitri, Dinas Perikanan menggunakan teknik kolori metri dimana kandungan ikan mengandung formalin akan terlihat berdasar warna.
"Jika bening maka ikan tidak mengandung formalin. Namun jika merah keunguan, maka kandungan berformalin sangat tinggi," ujarnya. (isa).
Advertisement