Gawat, Angka Stunting di Kota Probolinggo Meningkat
Angka gangguan tumbuh kembang anak (stunting) di Kota Probolinggo tahun ini (hingga awal Oktober) meningkat dibandingkan tahun lalu. Angka stunting 12,3 persen pada 2022 lalu, tahun ini naik 0,5 persen menjadi 12,8 persen.
Hal itu diungkapkan Nutrisiator pada Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kota Probolinggo, Tunik Agustina. Dikatakan ada sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap tingginya angka stunting di Kota Bayuangga itu di antaranya, saat remaja ibu bayi mengalami anemia.
Tunik menjelaskan, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan stunting pada anak. Faktor-faktor ini termasuk pola hidup calon ibu saat mereka masih remaja, anemia pada calon ibu, kekurangan gizi selama kehamilan, dan ketidakoptimalan dalam memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif kepada bayi setelah lahir.
Yang lebih memperburuk masalah stunting adalah pola makan bayi, terutama pada bayi usia 0-2 bulan, yang seharusnya tidak diberi makanan tambahan (Jawa: didulang). Selain itu, sanitasi lingkungan yang kurang baik juga dapat meningkatkan risiko stunting. Faktor lain yang tak kalah penting adalah daya beli masyarakat yang rendah.
“Khusus kasus stunting di Kota Probolinggo paling banyak akibat pola makan. Jadi bayi usia 0-2 bulan ini seharusnya tidak boleh didulang atau diberikan makanan terlebih dahulu,” katanya.
Tunik menjelaskan, data stunting 12,8% ini berasal dari hasil penimbangan di Posyandu, melibatkan 10.256 bayi yang tersebar di lima kecamatan di Kota Probolinggo. Dari lima kecamatan tersebut, Kecamatan Kanigaran memiliki angka stunting tertinggi, yaitu 1.317 anak atau setara dengan 21,11% dari total bayi yang diukur.
Kemudian diikuti Kecamatan Mayangan 13,75 persen, Kecamatan Kedopok 13,11 persen, Kecamatan Kademangan 8,41, dan terakhir Kecamatan Wonoasih 5,95 persen.
Untuk menurunkan angka stunting, Dinas Kesehatan dan P2KB melakukan sosialisasi dan edukasi pemberian makanan bergizi. Juga membuka kelas hamil dengan memberikan edukasi pengetahuan perawatan selama hamil, serta makanan bergizi.
"Selain itu, sosialisasi dan edukasi juga kami lakukan langsung kepada sasaran atau melalui tokoh-tokoh masyarakat atau PKK karena perannya juga dapat memberikan edukasi," kata Tunik.