Gaun Bertajuk Grand Roi et Reine Cerminkan Ketangguhan Sosok Ratu
Terinspirasi dari busana seorang ratu di zaman kerajaan Majapahit, desainer Murni Yanti berkolaborasi dengan Cahya Budi Saptono mempersembahkan karya bertajuk Grand Roi et Reine'atau raja dan ratu.
Pemilihan konsep busana ini berkaitan dengan tema Surabaya Fashion Week (SFW) 2021. Tema yang diusung adalah 'Surabaya Dari Masa ke Masa dan UMKM Journey'. Busana 'Grand Roi et Reine' yang didominasi warna hitam dipamerkan dalam penutupan SFW, Minggu 8 November 2021 malam.
"Kami ingin bercerita dari masa ke masa mulai dari kerajaan Majapahit yang menceritakan raja dan ratu pada saat itu. Mereka begitu tangguh menghadapi serangan-serangan dan mempertahankan kota dan negaranya," kata Murni Yanti ditemui di lokasi acara.
Murni melanjutkan, busana Grand Roi et Reine jika dikiatkan dengan masa kini, bisa diartikan sebagai ketangguhan para pemuda dan pemudi untuk menjaga Kota Surabaya. Hal itu tercermin dari bagian ekor gaun tersebut terdapat fabric painting ikon Suro dan Boyo.
Gaun Grand Roi et Reine ini didesain dengan kerah cheongsam modern dan didominasi paduan warna hitam dan gold (keemasan).
"Suro dan Boyo ini merupakan lambang dari ketangguhan pemuda pemudi tersebut. Icon ini kami lukis sendiri dengan teknik fabric painting, jadi benar-benar limited edition," terang Murni.
Selain di bagian ekor, fabric painting ikon Kota Surabaya terdapat pada bagian dada, yakni bunga tabebuya. Seperti diketahui, bunga warna warni ala Jepang ini mekar saat musim panas di Surabaya.
"Jadi bunga tabebuya ini mencerminkan Kota Surabaya yang lagi mekar. Mari kita sama-sama bangkit terutama untuk UMKM," ungkapnya.
Murni mengungkapkan, dalam pembuatan gaun, proses fabric painting lah yang membutuhkan waktu cukup lama. Awalnya desain dibuat terlebih dahulu oleh Cahya, lalu baru diblok area desainnya pada kain dan dilukis oleh Murni.
"Satu gaun kalau fokus bisa selesai empat sampai lima hari. Karena ini hand made jadi tidak bisa ditiru oleh orang lain," imbuhnya.
Saat ditanya kenapa memilih membuat gaun dibanding busana ready to wear di masa pandemi ini, Cahya mengungkapkan, gaun ini merupakan bentuk optimistis bahwa gaun akan kembali bersinar dan diterima masyarakat Surabaya, terutama di bidang fashion.
"Sejak pandemi memang yang dibutuhkan busana-busana ready to wear. Tapi kami optimis dengan karya gaun yang kita tampilkan nanti, kita punya semangat untuk bangkit menunjukkan glowing of Surabaya," kata Cahya.
Selain gaun Grand Roi et Reine, ada delapan busana lainnya yang ikut dipamerkan, dua di antaranya busana untuk pria.
Advertisement