Gas di Area Jabalnusa Masih Kelebihan sekitar 25%
Produksi gas tahun 2023 berpotensi naik dibanding tahun 2022 lalu. Dengan kenaikan ini, bisa menjawab persoalan tiga tahun tentang kekurangan gas.
“Potensi naik gas kita tahun 2023 ini dibanding tahun sebelumnya,” ujar Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jawa- Bali-Nusa Tenggara (Jabalnusa) Nur Wahidi di acara Lokakarya Media Jabalnusa di Karanganyar, Jawa Tengah, Rabu 5 Juli 2023.
Nur Wahidi kemudian menyebutkan, ada produksi gas dari Lapangan MDA-MBH Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) berlokasi di Selat Madura, Jawa Timur. Juga dari Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) di Kecamatan Ngasem, Bojonegoro. Jika ditotal dari produksi gas di dua tempat tersebut sebanyak 747 juta standar kaki kubik perhari atau Million Standard Cubic Feet per Day (mmscfd).
Sementara untuk kebutuhan gas yang sudah diserap, sebanyak 554 mmscfd dari beberapa perusahaan pemerintah. Yaitu dibeli oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), kemudian Petro Kimia Gresik (PKG) dan Perusahaan Gas Negara (PGN). Juga kebutuhan gas untuk rumah tangga, usaha dan lainnya. Jika ditotal serapan gasnya, masih menyisakan gas sekitar 25%.
“Jadi, dengan kelebihan produksi gas sekitar 25 persen di area Jabalnusa, masih banyak gas yang bisa dimanfaatkan. Justru kita berupaya mengoptimalkan pemasaran gas,” tegas Nur Wahidi.
Kemudian, lanjut Nur Wahidi, ada juga potensi tambahan dari sumur minyak dan gas bumi (migas) Kolibri KOL-001. Lokasinya berada di Desa Bondol, Kecamatan Ngambon, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Saat Lapangan migas Kolibri telah resmi dikelola PT Pertamina EP (PEP) Sukowati Field pada 30 Desember 2022 silam. Jika Lapangan Migas Kolibri, berproduksi, maka jumlah gas yang ada di wilayah Jabalnusa akan semakin banyak.
Sedangkan hasil studi di Lapangan Kolibri berportensi menghasilkan gas sekitar 15 mmscfd. Setidaknya ini menjawab persoalan kelangkaan gas tiga tahun silam.
”Dengan potensi gas yang ada, kelangkaan gas yang kerap terjadi, setidaknya bisa diminimalisir. Logikanya, produksi kita saja kelebihan sekitar 25 persen. Harusnya tidak terjadi kelangkaan gas,” tandasnya.