Garis Edelweiss; Tenggelam dalam Surealis Garis
Garis Edelweiss yang karyanya saat ini banyak diminati dan menjadi inspirasi kalangan muda dalam berkarya, bersama 5 seniman lainnya masing-masing Awan Pamungkas, Saiful Ulum, Sihabudin, Wahyu Nugroho, dan Yoes Wibowo akan mengadakan pameran bersama ber-enam pada 13-20 Mei 2023 di Dewan Kesenian Malang (DKM) dengan tajuk pameran 'Berlabuh Sukacita'.
Jika ditanya penyebab karya Garis Edelweiss banyak menginspirasi kalangan muda saat ini, dengan jumlah pengikut media sosial lebih dari 42 ribu di Instagram dan lebih dari 17 ribu pengikut di Twitter, sepertinya jawaban paling tepat - selain dirinya - adalah sosok bapaknya, Kaji Karno.
Perjalanan berkaryanya yang tidak langsung memilih dunia seni terpatri dalam hidupnya. Garis Edelweiss memang sejak kecil gemar menggambar, namun tidak ada sedikitpun terlintas dalam benak untuk menjadi seorang seniman atau ilustrator seperti saat ini. Pasca kelulusan dari pendidikan D1 Desain Grafis di Wearness Education Center Malang, ia menjadi freelancer yaitu menerima jasa pembuatan logo, banner, editing foto, dan sebagainya. Sempat pula bekerja di Kalimantan selama setahun. Perupa drawing tersebut kemudian kembali ke Pasuruan melanjutkan pekerjaan freelance-nya.
Selain dari mulut ke mulut, Garis juga memasarkan hasil karya desainnya melalui media sosial Friendster. Dari sana ia mendapat ajakan kerjasama salah satu brand clothing dari Bandung untuk menjadi desainer grafis mereka, dengan tetap menerima jasa pembuatan banner di rumahnya.
Perjalanan seni Bapak dua anak tersebut dimulai tahun 2011, Kaji Karno hendak berpameran drawing bersama Wahyu Nugroho, Badrie, Soeryadi, dan Karyono di Galeri Raos Batu. Namun karena Kaji Karno - memiliki basic berkarya abstrak - merasa tidak sejalan dengan aliran drawing, pada akhirnya merekomendasikan Garis untuk andil sebagai seniman di pameran drawing tersebut. Garis memutuskan untuk mencobanya. Tidak menunggu waktu lama, Wahyu Nugroho meminta Garis mengirim portofolio dalam dunia menggambar. Ia menunjukkan hasil desain manualnya dari pekerjaan-pekerjaan brand clothing yang ia buat, dan diterima dengan baik oleh tim pengkurasi karya. Singkat cerita, pada pameran di Galeri Raos Batu tersebut, Garis membuktikan kepada semua orang yang hadir dalam pameran tersebut bahwa kualitas karyanya digarap dengan serius dan memuaskan bahkan pada pameran pertamanya. Sejak saat itu, ia melihat cuaca cerah pada wajah Bapaknya, seolah mengungkap penuh kepuasan memiliki penerus dalam dunia seni.
Di tahun awal berkecimpung dalam dunia menggambar, Garis merasa ketagihan. Di pameran keduanya, Gandheng Renteng #3 (2013), untuk pertama kali ia menggambar figur bapaknya, dengan judul 'Kopi terakhir dan sisa-sisa'., Kaji Karno merasa begitu bahagia digambar oleh anaknya. Namun, selang 2 bulan sejak pembuatan karya tersebut, Allah Yang Rahim memanggil Kaji Karno untuk berpulang. Sejak saat itu Garis semakin mantap untuk terjun di dunia yang sama dengan bapaknya.
Aktif berpameran, terus mengembangkan kualitas karyanya, serta mengelola portofolio karya dengan baik, anak dari budayawan Pasuruan tersebut semakin dikenal oleh khalayak luas.
Sejak kepergian Kaji Karno, Garis senantiasa menyuarakan kematian, kesuraman, dan sebangsanya. Seiring berjalannya waktu, ia merasa perlu mencoba memasukkan keharmonisan pada karyanya. Ia mulai menggambar bayi, tanaman, bunga, dan objek-objek yang indah. Sejak saat itu, menggambar tidak hanya menjadi ungkapan emosional saja, tetapi juga menjadi media berdoa baginya. Karena seringkali yang ia gambar, seperti diamini oleh semesta.
"Garis adalah doa", begitu ungkapnya.
Hal menarik lainnya dari sosok Garis Edelweiss adalah karyanya yang berawal dari spontanitas. Makna karya secara spontan dalam hal ini yaitu tiba-tiba pikirannya membentuk gambar-gambar imajiner. Misalnya ketika ia sedang menyirami bunga mawarnya di taman, tiba-tiba mawar tersebut melakukan gerakan puitis, memiliki kaki dan menari-nari. Gambar-gambar imajiner tersebut bisa muncul sewaktu-waktu, misalnya dalam perjalanan, ketika ngobrol dengan teman, dan seterusnya. Karena kemunculan yang tiba-tiba itu, Garis akan langsung merespons imajinasi tersebut ke dalam sebuah sketsa kasar pada media apa saja yang ada di dekatnya. Apabila suatu imajinasi tersebut dipahami sebagai suatu fakultas penyerta (kemampuan yang menyertai), maka dimungkinkan kontinuitas kehadiran dan peran penting daya ini dalam setiap proses pengetahuan dan proses kreasi (Susapto, 2007). Proses kreasi ini tidak lagi hanya menarik pada hasil jadi sebuah karya gambar, tetapi juga imajinasi performatif dalam pikiran Garis yang ditakdirkan penuh ilham.
Jika karya-karya Garis dikumpulkan, maka akan membentuk sebuah seri karya gambar. Beberapa serinya antara lain, seri dari catatan, seri surreal, seri figur objek perempuan, seri kematian, seri benih, seri kolaborasi, dst. Serta seri terbaru yang akan ditampilkan pada pameran Berlabuh Sukacita. Ia ingin mengapresiasi orang-orang yang selama ini banyak andil dalam proses acara berpameran yang tidak terekspos dalam bentuk packaging yang digambar.
"... sebetulnya kerja mereka itu juga sebuah karya. Aku mengumpamakannya dalam bentuk packaging. Packaging yang biasanya hanya di gudang, sekarang aku pamerkan, aku apresiasi."
Bagaimana apresiasi Garis kepada orang-orang di balik layar melalui karya gambarnya? Selengkapnya di pameran 'Berlabuh Sukacita' yang akan dibuka tanggal 13 Mei 2023 pukul 19.00 WIB, dan akan terus berlangsung hinga 20 Mei 2023, di Dewan Kesenian Malang, Jl. Majapahit No. 3, Kauman, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65119.
* Kharisma Nanda Zenmira, penulis, tinggal di Pasuruan.