Garin Nugroho: Jangan Biarkan Kebanalan Politik dalam Pemilu
Persoalan politik dan perayaan demokrasi di Indonesia mendapat perhatian kalangan kebudayaan. Garin Nugroho, sutradara film terkemuka mengingatkan, di antara mempunyai perhatian serius. Ia mengingatkan, agar dalam pentingnya pendidikan politik bagi masyarakat, sehingga menghasilkan pemimpin bangsa yang bermartabat.
“Perlombaan strategi kampanye antarkandidat hendaklah mengandung pendidikan politik untuk tidak membiarkan kebanalan dengan menghalalkan segala cara demi kemenangan, mengingat pemimpin dan bangsa bermartabat hanya lahir dari cara dan proses pemilu bermartabat,” tutur Garin Nugroho, Kamis 17 Januari 2019.
Dalam pernyataannya, Garin Nugroho yang juga dikenal penulis kritik kebudayaan popular ini, mengingatkan, keterperosokan dalam cara dan proses kampanye yang banal hanyalah menunjukan ketidakmampuan serta jalan pintas melakukan komunikasi politik berkualitas.
“Cara pandang terhadap lawan politik sebagai musuh yang tidak lagi sesama warga negara, menjadikan Pemilu hanya akan menjadi medium memecah belah bangsa. Siapa pun pemenangnya maka akan berdiri di atas warga bangsa yang saling bermusuhan, menjadikan program pemerintahn tidak lagi berjalan dengam efektif dan efisien,” kata Garin Nugroho.
Garin Nugroho memberi perhatian khusus pada proses Pemilu 2019. Dalam amatannya, muncul banyak berita bohong, hoaks, dan informasi yang cenderung fitnah, menjadi keprihatinannya tersendiri. Selain itu, ia berharap pada digelarnya Debat Capres yang digelar pada Kamis malam, 17 Januari 2019, di Jakarta.
“Cara pandang terhadap lawan politik sebagai musuh yang tidak lagi sesama warga negara, menjadikan Pemilu hanya akan menjadi medium memecah belah bangsa. Siapa pun pemenangnya maka akan berdiri di atas warga bangsa yang saling bermusuhan, menjadikan program pemerintahn tidak lagi berjalan dengam efektif dan efisien,” tulisnya, dikutip ngopibareng.id dari grup WhatsApp Komunitas Seni Nusantara.
Terkemuka
Nama sutradara Garin Nugroho telah sangat dikenal di dunia perfilman tanah air. Dalam catatan ngopibareng.id, karyanya pun sudah melanglang buana ke berbagai festival dalam dan luar negeri. Namun tidak disangka sejak ia berkarier selama 27 tahun menjadi sutradara, ia baru kali ini mendapatkan penghargaan sutradara terbaik dari dalam negeri.
"Saya sudah kira-kira memiliki 62 penghargaan dalam dan luar negeri, tapi baru kali ini saya dapat best director di Indonesia," kata Garin.
Belum lama ini, Garin Nugroho meraih penganugerahan dalam Festival Film Tempo, pada awal Desember 2018 lalu.
Garin mengatakan memang sebagai sutradara terbaik, ia pernah diapresiasi dari beberapa negara. "2 atau 3 penghargaan sutradara terbaik pernah saya dapat dari beberapa negara, tapi Indonesia belum pernah," katanya.
Dalam penghargaan internasional dan nasional, karya-karya Garin yang lebih banyak mendapatkan apresiasi. Garin dan karyanya pernah mendapatkan apresiasi dari Italia, Brisbane (Australia), Kyoto (Jepang), Busan (Korea), Belanda.
Ia menduga selama ini ia tidak pernah mendapatkan penghargaan dari dalam negeri karena sudah memiliki tim produksi film yang sangat bertalenta.
"Mungkin karena menyutradarainya sambil tidur ya? Makanya penghargaan (kali) ini menyenangkan sekali," katanya tertawa.
Garin Nugroho terpilih sebagai Sutradara Pilihan Tempo (FFT) 2018. Lewat karyanya Kucumbu Tubuh Indahku, Garin dinilai para juri mampu menyajikan cerita unik dan melampaui batas imajinasi. Ia pun cerdik memilih aktor dan aktris yang tepat untuk film tersebut. Garin memperlihatkan sebuah film dengan ide yang unik, cerita yang menarik dan meyakinkan serta sinematografi yang berbicara.
Garin menyebut perjalanan kariernya di perfilman tanah air, tumbuh dan berkembang berkat adanya ekosistem yang kian subur.
“Saya bertumbuh di antara teman-teman muda yang luar biasa karyanya, kalau saya berdiri sendiri dan tumbuh sendiri dalam ekosistem yang baik, saya tidak akan pernah tumbuh,” tutur Garin.
Garin Nugroho merasa bangga masih bisa berkarya di antara anak muda. Film Garin Nugroho, Kucumbu Tubuh Indahku memenangkan penghargaan Cultural Diversity Award under the patronage of UNESCO pada perhelatan Asia Pasific Screen Awards ke-12 di Brisbane, Australia. Sebagai imbalannya, film ini diputar di UNESCO, Paris, Perancis, pada 12 Desember 2018 lalu.
Politik Fitnah
Sementara itu, Tommy Awuy, pengamat kebudayaan dan Dosen Filsafat UI, menegaskan, “Kami Komunitas Seniman Nusantara mengikuti secara seksama perkembangan Pemilihan Presiden 2019 dari berbagai sudut: percakapan masyarakat keseharian di berbagai tempat, di media cetak, media elektronik, media digital, dan lain-lain.”
Menurutnya, apa yang menonjol dari perkembangan ini sampai menjelang kampanye adalah semaraknya berita hoaks, kebencian, fitnah, dan sebagainya.
“Hal ini tentu sangat memprihatinkan karena tak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan mencoreng kehendak bersama untuk membangun masyarakat yang cinta damai dan menghormati perbedaan ekspresi. Tentu menjadi kekhawaatiran kami apabila kondisi menajam sehingga terjadi konflik secara serius,” tutur penulis Buku Wacara Tragedi dan Dekonstruksi Kebudayaan ini. (adi)