Garap Mobil Bahan Bakar Reaksi Kimia, ITS Dapat Emas di UI
Tim Spektronics Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, juara pertama dalam ajang Process Engineering and Energy Days Universitas Indonesia (PGD UI) 2022 kategori Creation (Chemical-Reaction Car Competition).
PGD UI merupakan acara tahunan yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Kimia UI sejak tahun 2004 yang berorientasi dalam penyelesaian permasalahan terkait energi dan industri kimia.
Dalam acara tersebut, Tim Spektronics ITS dipimpin oleh Lulu Sekar Taji dari Departemen Teknik Kimia Industri dan Fauzan Agra Ibrahim dari Departemen Teknik Kimia sebagai manajer.
Sedangkan untuk anggota tim itu diwakili oleh Bernardus Krisna Brata, Abdul Quddus Al Kahfi, dan Muhammad Rafli Revansyah dari Departemen Teknik Kimia, serta Wahyu Febianto dari Departemen Teknik Elektro.
Lulu Sekar Taji mengatakan, Tim Spektronics ITS dalam lomba ini membuat sebuah prototipe mobil berbahan bakar reaksi kimia yang disebut sebagai Chemical Engineering Car (Chem-E-Car).
Kata Lulu, prototipe mobil berbahan bakar reaksi kimia tersebut mengandalkan tekanan gas sebagai daya yang mampu menggerakkan kendaraan untuk maju. “Kami membuat mobil berbasis reaksi kimia berupa tekanan yang sumber tenaganya berupa tekanan gas hasil reaksi Hydrogen Peroxide dan Ferric Chloride,” kata Lulu, Selasa, 15 Maret 2022.
Cara kerja Chem-E-Car itu memanfaatkan Hydrogen Peroxide dan Ferric Chloride yang kemudian bereaksi menghasilkan oksigen. Kemudian, senyawa itu dialirkan menuju transducer.
Di transducer, oksigen mengalami proses penyaringan untuk melepaskan cairan untuk menghasilkan oksigen murni. Oksigen yang telah disaring pun disetel tekanannya sebesar nilai 0,2 bar. Pergerakan gas tersebut pun, lanjut Lulu, diatur menggunakan alat bernama air filter regulator dan dikirim menuju sistem pneumatik (sistem gerak yang memanfaatkan udara).
“Aliran gas dengan pergerakan yang konstan ini kemudian masuk ke sistem pneumatik yang digunakan untuk mendorong mobil agar dapat melaju,” jelasnya.
Lulu mengungkapkan, kelebihan dari mobil yang disusun oleh Tim Spektronics ITS menggunakan bahan akrilik tersebut terletak pada presisinya. “Pada hari pertandingan, tim kami mendapatkan error terkecil yakni 3 sentimeter dari target yang ditetapkan, sehingga jarak yang berhasil ditempuh yaitu 9,53 meter dengan menggunakan beban air,” ujar dia.
Untuk mengetahui sejauh apa mobil dapat bergerak, mahasiswi yang pernah menjadi asisten Laboratorium Bioteknologi Industri itu menambahkan bahwa tim Spektronics melakukan kalkulasi terhadap jarak tempuh yang dapat dilalui mobil serta titik tempat mobil dapat berhenti.
Perhitungan ini juga menggunakan bantuan alat bernama timing belt pulley untuk memperkecil error, sehingga pergerakan mobil menjadi semakin akurat dan mobil akan berhenti ketika gas yang mendorongnya telah habis.
Dalam prosesnya, Lulu bercerita bahwa hambatan terbesar bagi tim Spektronics adalah pada saat proses perhitungan data karena adanya pandemi Covid-19 yang membuat mereka harus menjaga jarak, sehingga tidak bisa berkomunikasi dalam jarak terlalu dekat. “Kami melakukan penyesuaian di kondisi ini dengan mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah dan menerapkan pembatasan sosial,” ungkapnya.