Gara-gara Medsos, Kriteria Cantik Sudah Bergeser
Akhir-akhir ini telah tejadi pergeseran kriteria cantik, sehingga menuntut munculnya keinginan penampilan wajah yang lebih baik.
"Saat ini semakin banyak wanita yang ingin tampil menarik di media sosial sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi industri estetika kecantikan untuk memenuhi permintaan masyarakat. Gara-gara medsos terjadilah pergeseran nilai dan kriteria," kata ahli dibidang kecantikan, dr. Lanny Juniarti.
Tahun lalu, keinginan untuk memiliki tampilan wajah yang lebih baik dan cantik membuat beauty transformation menjadi tren yang populer, katanya dalam acara Aesthetic Outlook 2019: The Turn-around paradigm of beauty 4.0 .
Seperti halnya revolusi industri berkembang dan mengalami perubahan dari industri 1.0 menuju 4.0, demikian pula beauty industry mengalami revolusi. Pada Beauty 1.0, konsep perawatan fokus hanya pada satu dimensi saja, yaitu dokter menggunakan apa yang disebut dengan golden ratio. Dan dari sudut pandang dokterlah yang menentukan perawatan yang terbaik bagi pelanggan.
Sedangkan pada Beauty 2.0, masyarakat menginginkan tampilan wajah dengan perfect look namun tetap memiliki keaslian, versi terbaik dari dirinya, tidak menjadi diri orang lain.
Sedangkan era Beauty 3.0 tuntutan masyarakat kian berkembang. Mereka tidak hanya sekadar ingin menyempurnakan tampilan wajahnya namun perawatan kecantikan yang dilakukan dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Saat ini industri kecantikan telah memasuki era Beauty 4.0. Era digital sangat mempengaruhi perubahan di Industri kecantikan. Media sosial bukan hanya menciptakan jaringan sosial, akan tetapi juga akhirnya menyebabkan munculnya beauty social.
Eksistensi diri seseorang di media sosial dapat menimbulkan dampak yang positif, atau justru menuai kritik dari haters. Hal ini tentunya menimbulkan dampak pada sosial dan psikologi seseorang.
Demikian juga di Sosial Beauty, penampilan seseorang dapat menjadi pujian, sindiran, atau bahkan menjadi hujatan. Pada akhirnya hal Inilah yang membuat terbentuknya tuntutan baru di dunia estetika.
Beauty 4.0 kini tidak lagi fokus pada sudut pandang dokter. Tidak lagi terikat pada sudut pandang dan keinginan individu saja. Tidak juga berorientasi hanya pada 1 atau 2 dimensi, namun multidimensional.
"Sebagai seorang ahli di bidang estetik, kami menyarankan perawatan apa yang tepat, untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan klien, dengan tetap memilki kekhasan tampilan wajahnya, sehingga rasa percaya diri mereka semakin bertambah," ujarnya.
Namun tidak cukup sampai disitu saja, juga perlu memahami juga apakah perwatan kecantikan yang dilakukan dapat memberikan dampak yang baik pada kehidupan sosial mereka, ungkapnya.
Jangan sampai, misalnya wajah pelanggan malah menjadi bahan hujatan orang lain, seperti tidak proporsional atau bahkan terlihat aneh.
Lanny mempertegas tujuan dari Beauty 4.0, bagaimana para praktisi dapat memenuhi keempat dimensi tersebut merupakan sebuah tantangan. (an/ar)
Advertisement