Gara-Gara Kopi Bisa Berguna Untuk Masyarakat
Kopi, siapa yang tak mengenal minuman yang sedang digandrungi banyak orang ini. Minuman berwarna hitam dengan ciri khas rasa pahit ini, menjadi primadona di berbagai tempat mulai warung kopi (warkop) dipinggir jalan sampai cafe kelas atas di dalam mall semuanya menjual kopi. Mulai harga yang terjangkau sampai harga yang bisa menguras kantong sekali tegukan kopi.
Tak hanya sekedar minuman yang bisa dinikmati saat berkumpul dengan teman maupun keluarga, minuman yang berasal dari biji kopi yang sudah disangarai ini juga bisa membuat orang berkumpul dalam satu wadah organisasi maupun komunitas.
Komunitas pun menjamur diberbagai daerah di indonesia. Biasanya mereka membuat komunitas untuk saling bertukar informasi tentang kopi atau bagaimana cara menikmatinya agar lebih nikmat, serta bersama-sama berburu biji kopi di pelosok-pelosok daerah.
Jika komunitas kopi biasanya berisi orang-orang penikmat kopi atau pelanggan tetap suatu kedai kopi. Namun, lain hal dengan komunitas Gara-Gara Kopi (GGK) yang ada di Surabaya ini, mereka memang baru saja terbentuk tahun 2017 lalu.
Dwi Prima Yudha, selaku ketua umum Gara-Gara Kopi mengatakan, bahwa anggota komunitas ini merupakan patner dan ex-patner yang pernah bekerja bersama pada suatu brand international cafe.
"Jadi Gara-Gara Kopi itu sekumpulan orang bekas ngudek kopi kalau orang jawa bilang, sebenarnya ini tercetus saat reuni mei 2017 karena yang datang banyak kenapa gak bikin komunitas sekalian."Ujar Dwi Prima Yudha
Dari reuni di tahun 2017 lah, mereka mulai membuat struktur kepengurusan dan kegiatan komunal yang akan dilakukan kedepanya. Serta terpilihlah Dwi Prima Yudha sebagai ketua umum yang pertama.
Dwi Prima Yudha menuturkan, tak ingin hanya sekedar menjadi komunitas pecinta kopi biasa, Dwi Prima dan kawan-kawan memiliki visi untuk memberikan sumbangsih kepada masyarakat.
"Keinginan komunitas untuk berkontribusi kepada masyarakat diwujudkan dalam bentuk berbagai kegiatan rutin maupun insidentil. Salah satu kegiatan rutin komunitas ini adalah Buka Bersama Anak-Anak Yatim. Kegiatan ini telah berlangsung selama dua tahun berturut-turut sejak
ramadhan tahun 2017."Jelas pria berkacamata ini
Selain itu, Dwi Prima Yudha menuturkan sejak munculnya berbagai bencana alam di Indonesia mulai gempa Lombok sampai Palu dan Donggala. Komunitas GGK mulai tergerak hatinya untuk melakukan pengalangan dana untuk meringankan beban para korban.
"Dari sini kami mulai menyadari bahwa menciptakan kondisi kehidupan manusia yang layak dari segi kesehatan, kesejahteraan sosial, budaya dan ekonomi juga harus menjadikan alam sebagai prioritas, karena alam yang sehat dan kondusif akan berdampak bagi manusia yang ada didalamnya."Ungkap pria yang akrab disapa prima ini
Berangkat dari kesadaranya merawat alam, komunitas GGK membuat kegiatan sosial yang konsen terhadap alam. Yaitu penanaman mangrove di Wonorejo yang menjadi acara perdana mereka tentang kepedulian merawat alam.
Berbekal semangat baja, komunitas GGK mencoba penghijauan kawasan muara sungai di Gunung Anyar Rungkut dengan menanam 300 bibit pohon mogrove dan membersihkan sampah yang ada di muara.
Dwi Prima Yudha, menceritakan kalau kegiatan penanaman Magrove dan bersih-bersih sampah di muara inilah yang mencetuskan ide untuk membuat acara serupa tapi berfokus pada kebersihan muara lautnya.
Dan acara itu telah dilaksanakan pada minggu 6 januari 2019 lalu di muara pantai batu-batu kenjeran yang juga bekerja sama dengan Nasional Geografis Indonesia.
"Kenapa kami memilih kenjeran, karena kenjeran icon Surabaya dan pasti banyak dikunjungi orang dan pasti banyak juga sampahnya. Dan ternyata memang benar banyak sampah yang tersimpan dibalik batunya."Kata Prima
Tak hanya memunguti sampah, GGK juga memberikan dua plakat kebersihan dan 20 tempat sampah bagi warga kenjeran.
Selanjutnya pada hari yang sama komunitas GGK dibantu dengan komunitas Garda Pangan Surabaya membagikan makanan kepada warga yang tinggal di sekitar kampung Sidoyoso makam Rangkah Surabaya.
Menariknya, saat ditanya mengenai sumber dana untuk mengadakan acara ini, Dwi Prima Yudha mengungkapkan kalau acara ini didanai dari hasil penjualan koas mereka.
"Ini semuanya dananya dari hasil jual kaos, kaosnya juga berisi himbauan untuk lingkungan, seperti yang saya pakai sekarang."Tambah Prima
Dwi Prima Yudha menambahkan, bahwa saat ini acara GGK memang masih berpusat di area Surabaya tapi tak menutup kemungkinan untuk memperluas area disekitarnya.
Bagi Anda yang tertarik atau ingin mencari infomarsi mengenai komunitas GGK, Dwi Prima Yudha berujar bahwa mereka mempunyai basecamp atau tempat berkumpul di Kombitiam Coffe dan Furore Coffe, Jalan Ngagel Tama No. 78. Caffe ini merupakan milik dari salah satu anggota GGK.
Advertisement