Gara-gara Corona, Ibadah Paskah di Gereja Katedral Tanpa Jemaat
Uskup Agung Keuskupan Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan, perayaan Paskah tahun ini diselenggarakan dalam suasana keprihatinan. Merebaknya virus corona dan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) di Jakarta, mengakibatkan perayaan Paskah di Gereja Katedral Jakarta tanpa jemaat.
Sejak Kamis Putih, Jumat Agung hingga Minggu Paskah, gereja tua berasitektur Portugis
terlihat sepi. Berbeda dengan perayaan Paskah tahun sebelumnya yang selalu dipenuhi oleh umat. Tablo jalan salip yang biasanya dimainkan oleh remaja Katolik Keuskupuan Jakarta, kali juga ditiadakan.
Pembatasan kegiatan keagamaan juga dirasakan oleh umat Muslim. Mereka tidak bisa menyelenggarakan salat Jumat di Masjid. Istiqlal yang juga menjadi persinggahan peziarah Wali Songo, kali ini juga sepi. Terkena peraturan physical destancing.
"Suka tidak suka kita harus mengikuti peraturan pemerintah sebagai upaya memutus penularan Covid-19," kata Kardinal Suharyo, setelah memimpin Misa Pontifikal di Gereja Katedral, Minggu 12 April 2020.
Ibadah dan Misa Paskah sejak Kamis Putih, Jumat Agung hingga Minggu Paskah hanya bisa diikuti oleh umat di rumah melalui streaming atau ibadah online.
Tapi Uskup mengingatkan berbagai pemberitaan tentang kasus corona jangan sampai membuat kita terlena, sehingga tidak melakukan apa-apa. "Kita harus tetap bangkit dan bersamangat menjalani kehidupan di tengah keterbatasan," pesannya.
Dalam Misa Pontivikal, Usukup Agung yang merangkap Ketua Presedium Konferensi Wali Geraja Indonesia (KWI) menyampaikan doa Prefasi untuk Tanah Air.
"Kata sepanjang sejarah, Tuhan mencurahkan kasih sayang yang besar kepada bangsa kami. Melahirkan begitu banyak pahlawan, menumbuhkan kesadaran sebagai bangsa. Kami bersyukur kepada-Mu atas bahasa yang mempersatukan, dan atas Pancasila dasar
kemerdekaan kami," tuturnya.
Tiga peristiwa sejarah yang disyukuri dalam Prefasi itu adalah Kebangkitan Nasional,
Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan dan Pancasila yang menjadi dasar negara.
"Inilah tonggak-tonggak sejarah yang menentukan sejarah bangsa kita. Inilah ingatan
bersama kita yang mesti terus kita jaga. Sebagaimana halnya umat Allah Perjanjian Lama,
selalu menjaga ingatan bersama itu dan menjadi kekuatan bersama," ujar Uskup.
"Menurut bahasa Iman kita, inilah Paskah-Paskah besar dalam sejarah bangsa kita.
Saudari-saudaraku yang terkasih, saat ini bangsa kita sedang dan tentunya terus akan menghadapi tantangan-tantangan yang besar," sambung dia.
"Semoga ingatan bersama kita sebagai bangsa, sungguh menjadi daya yang meneguhkan kebersamaan. Memberikan kekuatan dalam menghadapi berbagai macam tantangan.
Kita yakin, setiap kali kesadaran kita sebagai bangsa dikuatkan, kesatuan dalam Kebhinnekaan diteguhkan dan nilai-nilai Pancasila diperjuangkan dan diwujudkan, pesan
Paskah menjadi semakin nyata pula," demikian pesan yang disampaikan kardinal Suharyo.