Gara-Gara Bom Cerutu Jember Ikut Nyungsep. Sialan Benar Itu Bom!
Membuat cerutu ternyata berbeda dengan membuat rokok. Perbedaan yang nyata adalah pembuatan cerutu dilakukan secara manual atau 100 persen handrolled tobacco. Karena itu sistem produksinya menjadi padat karya.
Untuk mendukung produksi, Kopkar Karanegara merekrut 45 orang karyawan dengan sistem kerja 3 shift dalam 24 jam. Untuk ekspor ke mancanegara, ritme pengiriman dibatasi oleh hitungan bulan, yaitu setiap 2 bulan sekali. Jadi, berapa pun jumlah yang akan diekspor tetap dilakukan dalam waktu dua bulanan.
Ada beberapa tahapan/cara membuat cerutu berkulitas sesuai standar konsumen dunia. Satu saja tahapan terlewati, akan berpengaruh terhadap kualitas rasa. Padahal konsumen cerutu sangat sensitif terhadap rasa. Tahap pertama yang harus dilalui adalah tahapan blending, yaitu memilah-milah daun tembakau agar siap diproduksi. Proses blending adalah untuk menentukan kualitas pembungkus cerutu dan isi cerutu. Proses ini berlaku standar untuk produksi ekspor maupun untuk konsumsi dalam negeri.
Setelah dipilih berdasarkan kategori kualitasnya, daun tembakau diproses dalam tungku uap. Tahapan ini dinamakan penguapan atau disteam. Daun tembakau disteam dalam suhu tertentu, tujuannya adalah untuk menetralisir aroma tembakau dan menghilangkan bakteri yang mungkin terdapat di daun tembakau. Waktu penguapan antara 1-2 jam.
Setelah penguapan selesai bendel-bendel daun tembakau diangkat kemudian didinginkan kemudian tulang daun tembakau dihilangkan. Penghilangan tulang daun dibutuhkan kehati-hatian yang ekstra agar daun mahal ini tidak sobek. Ini berlaku untuk semua produksi cerutu baik yang small, medium, dan cerutu long.
Daun yang sudah tak bertulang kemudian ditimbang sesuai standar dan ukuran cerutu. Cerutu sangat tergantung dengan ketepatan berat pada timbangan, karena ini sangat berpengaruh terhadap rasa saat cerutu diisap. Untuk masing-masing merk ekspor mempunyai standar berat yang berbeda atau tergantung pada pemesanan.
Lembar-lembar daun yang sudah ditimbang kemudian dipotong menggunakan alat potong khusus sesuai lebar dan panjang ukuran cerutu. Lembar-lembar tersebut adalah untuk membuat kepompong cerutu. Setelah siap, baru digulung berikut isi cerutu.
Gulungan daun selesai, kemudian dimasukkan ke alat pres hingga 1-2 jam. Tujuannya untuk menghasilkan cetakan yang sama, ukuran yang sama, besar sama, dan kepadatan yang sama. Setelah keluar dari alat pres, cerutu siap dikemas dalam bendel-bendel maupun kemasan yang sudah tersedia sesuai tujuan negara masing-masing.
Gara-gara Bom
Cerutu yang berkualitas bagus adalah cerutu yang abunya tidak mudah putus sampai ke tengah batang cerutu jika cerutu tersebut dihisap. Abunya juga berwarna putih dan bukan hitam. Sebab itu sebelum masuk ke dalam kemasan cerutu biasanya dites dulu. Cara pengetesan bisa dilakukan dengan alat elektrik khusus atau dengan cara manual yaitu dihisap seorang tester ahli yang menjadi penanggung jawab kualitas.
Produski cerutu juga sangat tergantung dengan order. Tidak ada order berarti tidak ada produksi. Untuk ekspor biasanya kemasan tergantung kepada si pemesan. Bahkan, justru lebih banyak menggunakan merk milik pemesan tanpa label Made in Indonesia. Namun ada pula yang mencantumkan Made in Indonesia di samping merk milik pemesan.
Kini produksi cerutu Jember menurun tajam. Ritme dua bulanan ekspor yang selama ini mampu dicapai harus terganggu oleh bom Bali dan bom Hotel Mariott di Jakarta beberapa waktu lalu. Momentum buruk ini menjadi titik penurunan produksi dan ekspor cerutu made in Jember. Sebelum diguncang bom, ekspor selalu rutin dilakukan ke Jepang dan Macao. Tahun 2005 cerutu batangan atau tanpa kemasan diekspor ke Australia. Sejak tahun 1997 juga sudah langganan ekspor ke Hamburg-Jerman hingga ke negeri Paman Sam, Amerika.
Karena kejadian bom berturut-turut itu kapasitas produksi cerutu saat ini hanya berkisar 1.332.000 batang cerutu setiap tahunnya. Masing-masing 72 ribu cerutu panjang, 900 ribu cerutu sedang, dan cerutu small 360 batang.
Agar tak sampai gulung tikar, maka diciptakanlah merk-merk lokal yang bernuansa etnik yang biasanya disukai orang asing. Kini, cerutu made in Jember yang beredar di pasar dalam negeri sangat bernuansa Bali. Logikanya sederhana, Bali adalah tempat jujugan wisatawan asing. Merk-merk yang beredar itu di antaranya Bali Kecak, Bali Barong, Bali Legong, Bali Djanger, Bali Puri, Bali Stupa, Bali Tips. Ada juga yang benuansa merk luar negeri seperti Carillon, Prince, Cardinal, Argopuros, Macho, Marshal dan Hecho a Mano.
Meski serangkaian bom cukup mengguncang pasar cerutu, bagaimanapun cerutu Jember tetap dicari para maniak cerutu. Sebab, tembakau dalam cerutu made in Jember jika dihisap abunya tidak mudah putus sampai ke tengah cerutu. Abunya juga selalu berwarna putih dan bukan hitam. Menurut para maniak cerutu, merokok cerutu sebetulnya lebih sehat sebab kadar nikotin dalam cerutu justru rendah. Hanya saja, asap cerutu akan mengganggu jika tidak dilakukan di ruang khsus. Ini berbeda dengan rokok umumnya, asap tidak begitu mengganggu tetapi nikotin sangat tinggi. (widikamidi/tulisan ketiga/habis)
Advertisement