Gapasdap Jatim Keluhkan Pembukaan Penyeberangan Banyuwangi-Lembar
Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) Provinsi Jawa Timur mengeluhkan pembukaan penyeberangan kapal dari Pelabuhan Tanjungwangi, Banyuwangi ke Pelabuhan Lembar, Nusa Tenggara Barat. Keberadaan angkutan kapal Banyuwangi-Lembar ini telah mengurangi jumlah penumpang yang menggunakan jasa di Pelabuhan penyebaran Ketapang, Banyuwangi-Gilimanuk, Bali.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gapasdap Jawa Timur, Sunaryo menyatakan, Pelabuhan Tanjungwangi dan Pelabuhan Penyeberangan Ketapang lokasinya sangat berdekatan. Sehingga ada dua pelabuhan yang berhimpitan dengan pasar yang sama.
"Sejak adanya rute penyeberangan dari Tanjungwangi ke Lembar ini telah mengurangi pengguna kapal penyeberangan sebesar 30 persen," jelasnya, Kamis, 17 September 2020.
Sunaryo menyatakan, selama ini kendaraan yang akan menuju Nusa Tenggara Barat menyeberang melalui pelabuhan Ketapang-Gilimanuk. Selanjutnya kendaraan itu menyeberang ke Pelabuhan Lembar melalui Pelabuhan Padangbai, Bali.
Menurut Sunaryo, jika kondisi ini terus berjalan maka penyeberangan Ketapang-Gilimanuk bisa jadi akan mati atau bahkan tinggal sejarah, karena jumlah penumpang terus berkurang. Pada akhirnya, kata dia tidak menutup kemungkinan ada anggota Gapasdap yang tidak bisa beroperasi karena tidak kuat membiayai kebutuhan operasionalnya.
"Karena kami perusahaan swasta murni. Kalau swasta rugi ya sudah gulung tikar," tegasnya.
Dia menjelaskan, sejak merebaknya pandemi Covid-19, penumpang kapal penyeberangan Ketapang-Gilimanuk turun drastis hingga 60 persen. Kemudian pada masa adaptasi kebiasaan baru, jumlah penumpang mulai berangsur meningkat lagi.
"Belum pulih (jumlah penumpang) sudah ada pelabuhan berhimpit yang akan mematikan kami," tegasnya.
Dia menyebut, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gapasdap sudah mengirim surat kepada Kementerian Perhubungan terkait hal ini. Dia berharap trayek ini dievaluasi agar tidak mematikan penyeberangan Ketapang-Gilimanuk.
Trayek penyeberangan dari pelabuhan Tanjungwangi Banyuwangi menuju Pelabuhan Lembar ini, menurut Sunaryo, diisi 3 kapal dengan kapasitas rata-rata 120 kendaraan. Sedangkan kapal penyeberangan Ketapang Gilimanuk hanya berkapasitas sekitar 20 kendaraan. Kapal jurusan Banyuwangi-Lembar ini sudah beroperasi sejak 10 Agustus 2020 lalu.
"Jadwal penyeberangan selalu ada setiap hari," tegasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjungwangi, Letkol Marinir Benyamin Ginting menyatakan, masuknya kapal dengan trayek baru ini pasti berdampak bagi kapal-kapal lain yang sejenis. Karena memang jenis kapalnya sama yakni jenis kapal Roro, sehingga muatannya juga sama.
"Pasti berdampak. Cuma persoalannya kalau kita masuk ke persoalan itu kenapa boleh ke sini, tentu kan dia ada izin trayeknya," jelas pria yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala KSOP Kendari ini.
Dia menjelaskan, izin trayek ini pasti ada proses pengusulannya. Untuk mendapatkan trayek itu ada proses sampai ke Kantor Pusat. Tentunya, kata dia, kantor pusat sudah melakukan kajian trayek yang diusulkan tersebut.
"Ini bisa gak trayek ini. Berdampak gak bagi orang lain atau nanti menimbulkan gesekan gak dengan orang lain. Itukan sudah dikaji," tegasnya.
Dia menambahkan, jika ada keluhan di lapangan, sebagai unsur pelaksana teknis, pihaknya tentu melihat persoalan yang timbul. Pihaknya akan menampung persoalan itu. Selanjutnya, seluruh pihak akan diajak duduk bersama untuk membahas keluhannya dan mencari solusinya.
"Harus begitu, harus duduk bersama semuanya. Jadi pihak yang terkait, pihak yang merasa dirugikan, pihak kapal, KSOP, Pelindo, kemananan pelabuhan, KPPP, duduk bersama. Persoalannya apa, kita bahas, kita cari solusinya yang mengakomodir kepentingan semua pihak. Cari solusi yang paling baiklah," tegasnya.