Gantikan Posisi Kiai Hasyim Muzadi, Gus Yahya Dilantik sebagai Wantimpres
"Yahya Cholil Staquf diangkat sebagai anggota Wantimpres untuk menggantikan posisi KH Hasyim Muzadi (almaghfurlah), yang meninggal dunia pada 16 Maret 2017, " kata Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo.
KH Yahya Cholil Staquf, Katib Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan dilantik sebagai salah seorang anggota Dewan Pertimbangan Presiden ( Wantimpres). Presiden Joko Widodo akan melantik mantan Juru Bicara Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu, di Istana Negara Jakarta.
Berdasarkan agenda resmi Presiden, pelantikan dilakukan pada Kamis (31/5/2018) pukul 13.30 WIB, di Istana Negara, Jakarta. Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Johan Budi Saptopribowo membenarkan yang akan dilantik adalah Gus Yahya. "Yahya Cholil Staquf," kata Johan.
Gus Yahya, panggilan akrab Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang ini, diangkat sebagai anggota Wantimpres untuk menggantikan posisi KH Hasyim Muzadi (almaghfurlah), yang meninggal dunia pada 16 Maret 2017 . Dengan pengangkatan Gus Yahya, maka anggota Wantimpres nantinya sudah lengkap kembali menjadi sembilan orang.
Adapun delapan anggota Wantimpres saat ini adalah Agum Gumelar, Sidarto Danusubroto, Subagyo HS, Yusuf Kartanegara, Suharso Monoarfa, Jan Darmadi, Abdul Malik Fadjar, dan Sri Adiningsih.
Dalam catatan ngopibareng.id, pengalaman Gus Yahya sebagai juru bicara presiden di masa Gus Dur, menjadikan prestasi tersendiri. Selain itu, ia pun mampu mengambil jarak dengan kekuasaan ketika tak lagi sebagai abdi negara dan berada di tengah masyarakat.
Namun, sebagai pengurus PBNU, Gus Yahya mempunyai jaringan internasional yang cukup apik dalam menawarkan eksistensi Islam Nusantara, yang lebih mengedepankan sikap moderat, toleran dan Islam yang memberi rahmat bagi seluruh alam.
Humor Gus Dur
Pelajaran di masa Gus Dur, merupakan pengalaman terbaik bagi Gus Yahya. Berikut di antara pengalamannya mendampingi Gus Dur:
Sebagai tokoh nasional ketika itu, Gus Dur tak henti-hentinya menerima undangan dari masyarakat yang rindu bertemu dan menerima wejangannya. Gus Dur tak pernah menolak undangan atau menerima kunjungan tulus dari ummat yang kebingungan menghadapi berbagai persoalan.
Gus Yahya Tsaquf, yang keponakan Gus Mus (KH Mustofa Bisri) suatu ketika diajak menemani perjalanan Gus Dur di Medan. Di sela-sela acara utama, Gus Dur tak henti-hentinya menerima tamu, atau masyarakat yang sekedar ingin bersalaman. Ini sudah hal yang biasa bagi Gus Dur. Tak ada protokoler ketat, semua orang bisa bertemu dan menyapa beliau.
Selesai di Medan, perjalanan dilanjutkan ke Padang pada jam 8 malam. Di beberapa tempat, Gus Dur sudah ditunggu masyarakat sehingga mereka harus singgah sampai di enam tempat. Perjalanan yang harusnya cepat harus molor karena acara di satu tempat kadangkala tidak bisa diduga panjang-pendek waktunya. Mereka baru sampai di Padang pukul 13.30.
Setelah semuanya selesai, mereka terbang menuju Jakarta dan Gus Dur tidak pulang ke rumahnya, tetapi langsung menunggu pesawat untuk pergi ke Barcelona Spanyol.
“Saya pulang dan ambruk sakit selama seminggu setelah perjalanan ini,”
Ia tidak tahu energi seperti apa yang dimiliki Gus Dur, sudah kena stroke selama beberapa kali tetapi masih kuat ke mana-mana. Dirinya yang masih muda usia saja kalah jauh soal tenaga fisik. (adi)