Gantikan Ayahnya, Mantan Anak Punk Berangkat Haji
Fatchul Supriyanto, 33 tahun, kelahiran Lamongan tak menyangka menjadi jemaah haji yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 3 Jawa Timur (Jatim). Dia mempunyai pikiran itu karena mengingat masa lalunya sebagai anak punk.
Fatchul mengatakan, tak pernah ada dalam pikirannya untuk berangkat haji. Namun, sulung dari dua bersaudara ini diputuskan menjadi ahli waris pengganti ayahandanya yang telah meninggal setahun lalu.
Fatchul pun menganggap jika ibadah haji sebagai cambukkan besar bagi dirinya untuk bisa berubah menjadi lebih baik lagi, terutama dalam hal ibadah maupun kebaikan yang lainnya.
Sejak dinyatakan sebagai ahli waris pengganti haji, Fatchul langsung mencari kiai dari pesantren di daerah Kediri untuk membimbingnya. Salah satu kiai yang ditemuinya kemudian memotivasinya.
"Lebih baik menjadi mantan preman, daripada menjadi mantan ustaz," kata Fatchul, Selasa, 7 Juni 2022.
Fatchul mengungkapkan, kehidupan di masa lalunya selepas masa SLTA yang sempat kehilangan arah. Ketika itu, dia bergabung dengan anak-anak punk yang ada di wilayahnya.
"Namanya juga usia muda, saya ingin mencari jati diri. Saya ikut bergabung dengan anak punk. Jadi salah pergaulan," jelasnya.
Selama kehidupan di jalanan, Fatchul akhirnya mulai mengikuti kebiasaan anak punk dan hal itu berdampak buruk bagi kehidupannya. Ia jadi akrab dengan minuman keras dan meninggalkan salat.
"Kalau minum-minuman keras sudah biasa, tinggalkan salat ya sudah biasa. Namanya juga ikut pergaulan yang ada," ucapnya.
Meskipun bergabung dengan kelompok anak punk, Fatchul bersyukur dirinya dulu tidak sampai menindik telinga, membuat tato di bagian dari tubuhnya, ataupun mencicipi narkoba.
Seluruh kehidupannya itu, kata Fatchul, tak diketahui oleh kedua orang tuanya. Baginya, pantang membuat bapak ibu yang ia sayangi merasa sedih dengan kehidupan yang dijalaninya saat itu.
"Waktu itu, bapak ibu saya tidak tahu dengan kehidupan yang saya jalani. Apalagi bapak saya pas jadi TKI di Malaysia," ujar dia.
Setelah merasakan kehidupan jalanan, Fatchul akhirnya memutuskan untuk ikut pamannya berjualan tahu campur Lamongan di Kota Surabaya. Di sana, ia bertemu dengan TNI yang akhirnya mengantarkannya menjadi anggota TNI AD.
Setelah dinyatakan menjadi ahli waris jemaah haji, Fatchul sempat mengalami ketakutan dalam dirinya akan dosa-dosanya di masa muda. Namun sekarang, ia bertekad untuk mengubah kehidupannya.
"Ya, sempat takut katanya ada balasan pas di Mekkah, tapi ya kalau niat kita ingin berubah menjadi baik, kenapa tidak," katanya.
"Sebelum terdaftar ahli waris pengganti haji, salat saya masih sering bolong. Kalau sudah capek, ya sudah sering lewat salatnya. Sekarang saya berusaha salat lima waktu tepat waktu," tutupnya.
Di tempat mustajabah Makkah dan Madinah nanti, Fatchul ingin mendoakan sang bapak yang telah meninggal dunia. Lalu mengharapkan kehidupan yang berkah, serta dikarunia keturunan dalam pernikahannya.
Advertisement