Ganjar-Prabowo-Anies Dominasi Bursa Capres 2024
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berada di urutan teratas calon presiden unggulan meski tingkat keterkenalannya masih di bawah sejumlah kandidat lainnya. Berdasarkan hasil survei elektabilitas atau keterpilihan yang dilakukan Poltracking Indonesia, Ganjar dipilih oleh 18,2 persen responden dalam pertanyaan terbuka.
"Survei ini menemukan bahwa dalam pertanyaan terbuka (top of mind) Capres 2024, nama-nama yang terekam antara lain, Ganjar Pranowo (18,2 persen), Prabowo Subianto (17,1 persen), dan Anies Baswedan (10,2 persen)," ungkap Direktur Poltracking Indonesia Hanta Yuda, dalam keterangan tertulis Rabu 27 Oktober 2021.
Sedang Ketua DPR Puan Maharani memiliki tingkat popularitas tak jauh beda dengan Ganjar, yakni 53,6 persen. Namun, elektabilitasnya cuma 1,5 persen (pertanyaan terbuka) dan 1,9 persen (pertanyaan tertutup).
Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto dalam pernyataan terpisah menilai masih terlalu dini berbicara nama pasangan capres dan cawapres yang akan diusung pada di Pilpres 2024.
Hal tersebut disampaikan oleh Hasto menanggapi mencuatnya elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di sejumlah survei terbaru. Nama Ganjar bahkan baru-baru ini mampu bersanding dengan calon capres potensial lainnya seperti Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
"Untuk berbicara tentang pemimpin nasional dengan tanggung jawab lebih dari 270 juta rakyat Indonesia, semua harus dipersiapkan dengan matang. Melalui proses kaderisasi kepemimpinan, itulah yang sedang dilakukan PDIP," ujarnya Rabu 27 Oktober 2021.
"Tolak ukur seorang pemimpin bagi bangsa dan negara tidak semata-mata ditentukan oleh survei. Kita mencari bukan pemimpin yang hanya menyenangkan semua pihak, tapi pemimpin yang punya tanggung jawab bagi masa depan bangsa dan negara," tuturnya.
Di sisi lain, dirinya juga menyinggung era kepemimpinan sebelum Presiden Jokowi yang hanya mengandalkan elektabilitas dan popularitas semata tetapi tidak mampu memberikan hasil yang terbaik bagi Indonesia.
"Kalau kita lihat Pak SBY dulu surveinya juga tinggi tapi keputusan politiknya bagaimana? Ini menjadi pendidikan politik bagi kita. Kita mencari sosok pemimpin yang berani mengambil tanggung jawab, berani mengambil keputusan meski pahit," tutur Hasto.