Ganjar Larang Perantau Mudik ke Jateng
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta kepada seluruh perantau asal Jateng untuk tidak pulang ke kampung halaman, baik saat ini maupun menjelang lebaran nanti.
Para perantau, terutama yang berdomisili di wilayah DKI Jakarta, Jabar, Jatim, Bali dan provinsi lainnya diminta menetap di lokasi masing-masing hingga wabah Covud-19 berlalu.
"Untuk yang kesekian kali saya mengimbau dan mengingatkan kepada bapak ibu. Jika panjenengan sayang sama keluarga di kampung, jika penjenengan semua ingin keluarga tetap sehat dan selamat, urungkan niat untuk pulang kampung. Tidak usah pulang kampung. Jika panjenengan nekat pulang, saya tegaskan, sama saja anda membahayakan anak, istri, dan suami serta mengancam hidup orang tua panjenengan yang sudah sepuh (lanjut usia - Red)," kata Ganjar.
Ganjar mengatakan, ini adalah jalan terbaik yang bisa dilakukan untuk memutus persebaran virus corona, mengingat DKI Jakarta dan sekitarnya merupakan zona merah Covid-19, yang berarti kasus terkonfirmasi positif terbanyak ada di wilayah ini.
"Kita tidak tahu siapa yang sudah terpapar. Mungkin saya, Anda, teman atau keluarga kita. Artinya, bapak ibu mungkin saja sudah tertular, sudah positif corona tapi tidak mengetahuinya. Sebab sebagian penderita memang tidak merasakan gejala. Dan jika Anda sudah mengidap corona, lalu Anda nekat pulang, Anda bisa menulari teman seperjalanan di bus, kereta maupun transportasi lainnya; orang-orang di jalan, keluarga, bahkan satu desa kena semua," imbuhnya.
Ganjar mengingatkan, pasien positif Covid-19 pertama di Jawa Tengah, yang dirawat di RSUD dr Moewardi Solo, bisa jadi peringatan untuk semua perantau. Pasien tersebut tertular Covid-19 setelah mengikuti seminar di Bogor. Sepulang dari Bogor, pasien tersebut menulari isteri dan teman-temannya, sebelum akhirnya meninggal dunia.
Hal yang sama terjadi pada empat pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Purbalingga. Mereka semua tertular setelah bepergian ke Jakarta.
"Bapak Ibu, mohon maaf kalau saya semakin keras mengingatkan panjenengan. Ini semua tidak lepas dari peningkatan virus corona di Jateng yang sangat cepat. Dalam tiga hari, pasien terkonfirmasi positif melonjak dari 19 orang menjadi 40 orang dan sudah ada 6 orang yang meninggal. Jumlah orang dalam pemantauan (ODP) naik drastis hingga 3.638 orang, serta pasien dalam pengawasan (PDP) 294 orang," terangnya.
Kenaikan signifikan ini, menurut Ganjar, berkaitan dengan kepulangan puluhan ribu warga perantauan ke wilayah Jawa Tengah.
Hingga 26 Maret, tercatat sebanyak 46.018 pemudik dari berbagai provinsi yang pulang ke Jateng. Terbanyak di Wonogiri sebanyak 42.838 orang, disusul Kota Semarang dan sekitarnya 10.979, Cilacap 4.527, Jepara 2.164 orang.
Sisanya turun di Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kudus, Pati, Grobogan, Kabupaten Magelang, Purbalingga, Boyolali, Sragen, dan Karanganyar.
"Saya sepakat dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Semua pemudik otomatis masuk kategori ODP. Maka bupati walikota hingga kepala desa agar mendata siapa saja pemudik yang sudah datang. Kemudian para pemudik ini harus mengisolasi diri di rumah selama 14 hari. Segera melapor jika merasakan gejala sakit agar segera ditangani," tandasnya.
Ganjar mengaku telah berkoordinasi dengan Gubernur DKI dan Gubernur Jawa Barat untuk melarang warga pulang ke daerah asal.
"Selanjutnya saya akan koordinasi dengan Gubernur Jawa Timur. Kita buat kesepakatan bersama untuk melarang warga pulang ke daerah asal. Yang di Jakarta tetap di Jakarta, yang di Jabar tetap di Jabar, yang di Jateng tetap di Jateng, yang di Jatim tetap di Jatim. Yang nekat pulang akan dicegat diperbatasan," kata Ganjar, tegas.
Untuk menjamin kehidupan warga di perantauan yang sudah tidak bisa bekerja, Ganjar mengusulkan pada Gugus Tugas agar memberikan jaring pengaman sosial, sehingga masyarakat memiliki jaminan kebutuhan dasar selama menjalani physical distancing di rumahnya masing-masing.
"Covid-19 ini bukan masalah sepele. Ini masalah hidup-mati. Karena itu, mohon jangan bersikap meremehkan. Jangan semaunya sendiri. Ini masalah kita bersama yang harus kita selesaikan juga dengan kebersamaan. Anda berdiam di rumah, kita semua sehat. Atau anda nekat, kita semua terancam tidak selamat," pungkasnya.