Ganjar: Hari Radio Nasional harus Kreatif, Adaptif, dan Inovatif
Radio, tak peduli apakah itu radio swasta, radio komunitas, atau radio publik daerah sekalipun, harus kreatif, adaptif, dan inovatif dalam siaran. Jika alergi terhadap kreativitas dan inovasi serta enggan adaptasi dengan perkembangan teknologi kekinian, maka cepat atau lambat siaran radio akan mati karena ditinggalkan oleh pendengarnya.
Demikian disampaikan Ketua Umum Persatuan Radio TV Publik Daerah Seluruh Indonesia (INDONESIAPERSADA.ID), Ganjar Pranowo, dalam wawancara dengan Radio Sonora FM Jakarta, Minggu 11 September 2022 siang. Wawancara dengan tema Hari Radio Nasional tersebut disiarkan serentak oleh Sonora Network dan Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) se-Indonesia.
“Radio itu memiliki segmen tersendiri. Memiliki tempat tersendiri di tengah-tengah masyarakat. Selalu ada kerinduan dari masyarakat untuk mendengarkan radio. Apalagi sekarang radio bisa didengarkan di mana pun menggunakan streaming dan multiplatform,” ungkap Ganjar.
Menyimak jalannya wawancara melalui streaming, wawancara selama satu jam tersebut, pukul 14.00-15.00 WIB, berlangsung seru dan memancing pertanyaan dari banyak pendengar. Seperti pendengar bernama Susilowati dari kawasan Candi Prambanan Jawa Tengah, yang menanyakan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan Ganjar sebagai Ketua Umum INDONESIAPERSADA.ID agar radio publik lokal berdaya?
Ganjar menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan pemetaan masalah yang dihadapi radio-radio publik lokal di daerah. Terutama pemetaan atas dukungan Kepala Daerah karena belum semua bupati/walikota memberikan dukungan optimal kepada radio publik di setiap daerah. Misalnya rendahnya dukungan kelembagaan melalui pembentukan Perda sebagai dasar hukum pendirian LPPL.
“Soal regulasi pembentukan LPPL yang terkendala di daerah juga kita petakan dan dalam waktu dekat akan kita komunikasikan dengan Menteri Kominfo,” kata Ganjar.
Saat berkunjung ke daerah-daerah, Ganjar biasanya juga meluangkan kesempatan untuk mampir ke radio anggota sehingga bisa melihat langsung kondisi radio publik daerah yang ternyata belum semuanya bagus. Penyebabnya, karena perbedaan dukungan Kepala Daerah selaku representasi Pemerintah Daerah sebagai lembaga yang berwenang mendirikan LPPL.
Ganjar juga mendorong agar LPPL membangun jejaring dengan radio swasta dan radio komunitas. Serta dengan komunitas-komunitas kreatif yang gemar memberdayakan kekuatan media sosial. Selain itu, LPPL juga harus menjadi garda terdepan dalam mempromosikan produk-produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Semua produk UMKM harusnya diinventarisi oleh LPPL dan dipromosikan.
“LPPL harus jadi corong cerewetnya produk UMKM di daerah agar semakin dikenal konsumen dan laku,” ujar Ganjar.
Yang tidak kalah menarik, ada pendengar dari Kabupaten Mappi Provinsi Papua yang juga mengajukan pertanyaan karena siaran tersebut juga di-relay oleh LPPL Radio Suara Marapi. Pendengar bernama Douglas itu menanyakan terobosan apa yang harus dilakukan pengelola radio di daerah agar bisa bertahan di era sekarang?
“Kak Douglas, pengelola radio harus selalu kreatif, adaptif, inovatif. Di daerah tetap lakukan temu kangen pendengar misalnya, tapi kreatiflah dengan kegiatan temu pendengar itu diunggah di media sosial,” jawab Ganjar di penghujung acara.
Advertisement