Ganjar ‘Dipacul’ Puan
Ganjar Pranowo, kader PDI Perjuangan yang sudah dua periode ini jadi Gubernur Jawa Tengah, terlihat santai. Entah minum kopi, teh atau air dari mug blirik atau cangkir besar, dengan memakai peci hitam dan kaos warna hitam bertuliskan ‘No Mudik’, Ganjar kemudian bersandar di kursi.
Ada tangan menyalakan TV. Ganjar kemudian dikesankan menonton tayangan TV. Di layar TV muncul Puan Maharani, salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan, sedang berpidato. “Pemimpin itu menurut saya, ke depan ini adalah pemimpin yang memang ada di lapangan. Bukan ada di sosmed,” kata Puan Maharani.
“Halah.....”kata Ganjar sambil tertawa.
“Pemimpin yang memang dilihat sama teman-temannya, sama orang-orangnya yang mendukungnya ada di lapangan,” kata Puan lagi.
Ganjar kelihatan tertawa. Dia kemudian mengangkat dan menyatukan kedua telapak tangannya, sambil berkata, ”Terima kasih, matur nuwun, “ kata Ganjar masih tetap dengan senyum lebar. Kemudian ada tangan mematikan TV yang masih menayangkan pidato Puan.
Singkat saja video yang cukup viral hari ini. Durasinya hanya 30 detik, tapi video kompilasi beberapa adegan dan peristiwa ini mampu menceritakan dinamika apa yang saat ini sedang terjadi di internal PDI Perjuangan, yaitu Puan Maharani sedang ‘memacul’ Ganjar Pranowo.
Hari Sabtu 22 Mei lalu, di Semarang, Puan Maharani mengumpulkan dan memberi pengarahan kepada kader-kader PDI Perjuangan yang ada di Jawa Tengah. Jumlah yang hadir secara fisik sekitar lebih dari 100 orang, terdiri dari anggota DPR-RI asal Jawa Tengah, Anggota DPD-RI dari Jateng, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Jateng yang diusung PDI Perjuangan, serta Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Tengah. Sementara yang hadir mengikuti pengarahan secara virtual lebih dari seribu orang, terdiri dari pengurus DPC seluruh Jateng, ditambah 463 anggota DPRD Kabupaten/Kota se Jateng plus 573 PAC se Jateng.
Menariknya, acara ini baik secara off line maupun on line tidak dihadiri Ganjar Pranowo yang memang tidak diundang. Jangan lupa, acara berlangsung di Semarang, Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Ya, ternyata Ganjar memang dianggap bersalah. Setidaknya, demikian yang dikatakan Bambang Wuryanto, Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pemenangan Pemilu, merangkap Ketua PDI Perjuangan Jawa Tengah. Menurut Bambang Pacul, nama akrabnya, Ganjar dianggap kemajon, atau kelewatan, dan keminter, sok pintar.
Dari berbagai survei yang dilakukan beberapa lembaga survei, elektabilitas Ganjar Pranowo memang jauh di atas Puan Maharani, jelang hajatan Pilpres 2024 mendatang. Bukan cuma itu. Nama Ganjar Pranowo juga amat populer, cukup menjadi media darling, dan akrab dengan netizen dan masyarakat, terutama di medsos. Ketika masih menjadi anggota DPR-RI dua periode sejak 2004, ayah dari anak tunggal bernama Muhamad Zenedine Alam ini diketahui memang lumayan piawai memanfaatkan medsos.
Mungkin karena itulah, pada pidato pengarahan yang dirangkum dalam video pendek di atas, Puan Maharani mengatakan pemimpin itu harusnya ada di lapangan, bukan ada di sosmed. Benarkah? Bisa saja Ganjar membantah, dengan mengatakan misalnya, pada Pemilu 2019 lalu PDI Perjuangan Jateng memperoleh suara sebesar 33 persen suara, sedangkan pada Pilpres pasangan Jokowi/Ma’ruf Amin sapu bersih di 35 kabupaten/kota yang ada di Jawa Tengah. Bisa juga, misalnya, Ganjar selanjutnya bertanya, apakah kemenangan-kemenangan pada Pemilu dan Pilpres 2019 diperoleh hanya melalui medos?
Tapi Puan sendiri juga tidak bisa dianggap salah kalau mengecilkan Ganjar, apabila dia berambisi jadi calon presiden yang akan diusung PDI Perjuangan pada Pilpres 2024. Dalam politik tidak ada benar atau salah, yang ada menang atau kalah.
Tidak diundangnya Ganjar sebagai yang empunya rumah di Semarang untuk menghadiri acara pengarahan, serta pidatonya yang menyebut seorang pemimpin jangan hanya ada di medsos, secara nyata menunjukkan ambisi Puan Maharani untuk jadi satu-satunya calon dari internal PDI Perjuangan untuk maju pada pilpres mendatang. Terlalu berisiko apabila PDI Perjuangan mengusung pasangan capres/cawapres yang keduanya berasal dari kader sendiri.
Ada yang mengingatkan, Puan Maharani memang puteri Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri. Tapi ingat, Puan bukan Megawati. Karena itu, dengan melihat kemampuan politik dan jam terbang yang dimiliki Megawati, upaya untuk memacul Ganjar Pranowo dalam konteks pilpres 2024 ini diyakini bukan berasal dari Megawati. Melainkan manuver dari orang-orang yang berada di sekitar dan menjadi pembisik Puan Maharani.
Bisa jadi ambisi dari orang-orang di sekitarnya itu akan menjebak Puan Maharani dalam permainan yang seolah mengangkat namanya, tetapi sebenarnya justru menjerumuskan dia. Megawati, bagaimanapun diyakini akan bersikap realistis. Sebagaimana dia bersikap realistis ketika memilih Jokowi untuk diajukan sebagai capres oleh PDI Perjuangan, dan kemudian memenangkannya, dua kali.
Hubungan Ganjar dengan Megawati sendiri juga sangat baik, tidak ada persoalan. Hari Jumat 21 Mei lalu keduanya bertemu, berbincang dengan akrab, dan Megawati dengan senang hati menerima sebuah lukisan karya seorang pelukis dari Jawa Tengah, Joko Susilo, yang diserahkan Ganjar kepada Megawati. Kalau Megawati saja bersendau gurau dengan Ganjar, kenapa sehari kemudian, ketika mengadakan suatu acara di Semarang, Puan Maharani mengabaikan Ganjar? (M. Anis)