Ganjar Bantah Solo Zona Hitam
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo membantah bahwa Kota Solo telah menjadi zona hitam penyebaran COVID-19. Ganjar justru mempertanyakan kejelasan informasi yang tersebar di masyarakat itu.
"Solo zona hitam itu jarene sopo (kata siapa)?. Yang ngomong zona hitam siapa?," tanya Ganjar saat ditemui awak media di ruang kerjanya, Selasa, 14 Juli 2020.
Ganjar tidak mengerti kenapa Solo mendapat predikat sebagai zona hitam penyebaran COVID-19. Dirinya juga heran, kenapa tiba-tiba status itu diberikan ke Solo.
"Saya juga heran, mungkin itu penilaian pengamat yang bilang begitu, atau ada yang lagi benci. Soalnya yang terjadi dan kita kontrol saat ini di Solo ya di RSUD Moewardi dan UNS itu saja," tegasnya.
Dari dua klaster baru penyebaran COVID-19 di Solo tersebut, keduanya sudah dilakukan tindakan-tindakan mulai dari _tracing_, tes massal hingga isolasi untuk memutus mata rantai penyebaran.
"Maka kok banyak yang bilang zona hitam. Saya juga heran, mungkin yang hitam itu bajumu," canda Ganjar sambil menunjuk baju salah satu awak media.
Sekadar informasi, banyak beredar informasi bahwa Kota Solo telah berstatus zona hitam penyebaran COVID-19. Maknanya, penularan dan persebaran virus COVID-19 di daerah itu terjadi cukup besar.
Sejumlah media massa juga sudah menuliskan informasi itu. Padahal jika dilansir dari website resmi corona.jatengprov.go.id, per hari ini, Selasa, 14 Juli 2010 pukul 14.27 WIB, di Kota Solo hanya ada 15 pasien positif COVID-19, ODP 6 dan PDP 20. Jumlah itu masih sangat kecil jika dibanding dengan Kota Semarang dengan kasus positif sebanyak 848 atau Jepara sebanyak 517.