Gangguan Bipolar Jadi Perbincangan di Film Kukira Kau Rumah
Netizen pecinta film Indonesia sedang ramai membincangkan Kukira Kau Rumah. Di film ini Prilly Latuconsina berperan sebagai Niskala. Ia mengalami gangguan bipolar. Perubahan emosi terjadi secara drastis.
Suasana hati seseorang menjadi mudah berubah-ubah secara signifikan dan ekstrem. Kondisi suasana hati berganti secara tiba-tiba antara kondisi baik atau bahagia (mania) dan buruk atau kesedihan (depresi), serta berada pada tingkat yang berlebihan dari batas kewajaran.
Gangguan mental ini bukan masalah ringan. Sejumlah artis seperti Marshanda, Medina Zein, hingga Rachel Vennya mengidap bipolar. Seperti apa gangguan Bipolar itu? Apakah berbahaya? Lantas, bagaimana cara mengatasinya?
Simak ulasannya dalam rangkuman Ngopibareng.id berikut ini, agar kita lebih peduli dengan isu-isu penting mengenai kesehatan mental.
Apa Itu Gangguan Bipolar?
Gangguan bipolar merupakan salah satu gangguan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati, energi, tingkat aktivitas, konsentrasi, serta kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Kondisi pengidapnya berkisar pada periode perilaku yang sangat gembira atau bersemangat, yang kemudian menjadi sangat sedih atau seperti putus asa. Nama lain dari gangguan bipolar adalah manik depresif.
Berdasarkan perputaran episode suasana hati, ada sebagian pengidap gangguan bipolar yang mengalami keadaan normal di antara mania dan depresi. Ada juga yang mengalami perputaran cepat dari mania ke depresi atau sebaliknya tanpa adanya periode normal (rapid cycling).
Selain itu, ada juga pengidap yang mengalami mania dan depresi secara bersamaan. Contohnya, ketika pengidap merasa sangat berenergi, tetapi di saat bersamaan juga merasa sangat sedih dan putus asa. Gejala ini dinamakan dengan periode campuran (mixed state).
Jenis-jenis Gangguan Bipolar
Berdasarkan gejala yang muncul, terdapat beberapa jenis penyakit bipolar,di antaranya:
1. Gangguan bipolar I
Pada bipolar disorder tipe I, setidaknya pengidap akan mengalami satu atau lebih episode mania yang dapat didahului atau diikuti oleh episode hipomania atau depresi.
2. Gangguan bipolar II
Pada tipe ini, seorang pengidap bipolar setidaknya mengalami satu episode depresi dan/atau hipomania. Namun, tidak pernah mengalami episode mania.
3. Gangguan siklotimia
Gangguan siklotimia didefinisikan sebagai periode gejala hipomania dan depresi yang berlangsung setidaknya selama dua tahun (satu tahun pada anak-anak dan remaja). Gejala pada jenis bipolar disorder ini umumnya lebih ringan daripada tipe I atau II.
4. Jenis gangguan bipolar lain
Jenis ini umumnya mengalami periode perubahan mood yang abnormal secara signifikan, tetapi tidak memenuhi kriteria bipolar I, II, atau siklotimia. Misalnya, bipolar dan gangguan lain yang disebabkan oleh obat-obatan tertentu, alkohol, atau karena kondisi medis, seperti penyakit Cushing, multiple sclerosis, atau stroke.
Seberapa Umum Gangguan Bipolar pada Pengidapnya?
Gangguan bipolar adalah salah satu jenis mental illness yang umum terjadi. Dalam data World Health Organization (WHO) menyebut, sebanyak 45 juta orang di dunia menderita penyakit ini.
Bipolar disorder pun sering kali muncul pada masa akhir remaja atau awal masa dewasa. Setidaknya, setengah dari keseluruhan kasus gangguan bipolar adalah mereka yang berusia di bawah 25 tahun.
Meski demikian, tidak menutup kemungkinan kondisi ini juga dapat ditemukan pada anak dan orang dewasa. Selalu berkonsultasi dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Gejala Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar bisa muncul dengan beberapa gejala sesuai fasenya, di antaranya:
a. Fase mania :
• Merasa sangat bersemangat, senang, atau mudah tersinggung atau sensitif.
• Merasa sangat gelisah.
• Memiliki penurunan kebutuhan untuk tidur.
• Kehilangan nafsu makan.
• Berbicara dengan sangat cepat tentang banyak hal berbeda.
• Merasa seperti pikirannya berpacu.
• Berpikir bisa melakukan banyak hal sekaligus atau satu waktu.
• Melakukan hal-hal berisiko yang menunjukkan penilaian yang buruk, seperti makan dan minum secara berlebihan, menghabiskan atau memberikan banyak uang, atau melakukan hubungan seks yang sembrono.
• Merasa mereka sangat penting, berbakat, atau kuat.
b. Fase depresi :
• Merasa sangat sedih, hampa, khawatir, atau putus asa.
• Merasa sangat gelisah.
• Kesulitan tidur, bangun terlalu pagi, atau terlalu banyak tidur.
• Peningkatan nafsu makan dan penambahan berat badan.
• Berbicara dengan sangat lambat, merasa tidak ada yang ingin mereka katakan, atau banyak lupa.
• Kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan.
• Merasa tidak mampu melakukan bahkan hal-hal sederhana.
• Memiliki sedikit minat pada hampir semua aktivitas, dorongan seks yang menurun atau tidak ada, atau ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan (anhedonia).
• Merasa putus asa atau tidak berharga, dan munculnya pikirkan tentang kematian atau bunuh diri.
Penyebab Gangguan Bipolar
1. Kondisi otak
Otak dapat mengalami berbagai perubahan fisik yang memengaruhi tingkat bahan kimia otak (neurotransmiter) di dalamnya. Bahan kimia tersebut, termasuk noradrenalin, serotonin, dan dopamin, merupakan zat-zat yang memengaruhi mood.
Bila terjadi ketidakseimbangan pada bahan-bahan kimia ini, maka seseorang bisa mengalami gejala bipolar disorder.
2. Keturunan (genetik)
Faktor genetik atau keturunan bisa menyebabkan gangguan bipolar. Gangguan ini lebih sering terjadi pada orang yang memiliki keluarga tingkat pertama, seperti saudara kandung atau orangtua, dengan kondisi serupa.
3. Pengaruh lingkungan sosial
Para peneliti telah menemukan bahwa mungkin terdapat beberapa faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya bipolar disorder. Faktor-faktor tersebut dapat berupa perasaan stres akan suatu kejadian atau trauma, seperti kematian anggota keluarga terdekat, hubungan yang buruk dengan orang lain, perceraian, masalah keuangan, dan lainnya.
Dampak pada Gangguan Bipolar
1. Isolasi diri
Setiap individu pasti memiliki kekurangan di dalam dirinya, tidak terkecuali salah satu dampak pada gangguan bipolar ini yaitu isolasi diri karena tidak suka terhadap suatu hal di sekitarnya. Kurangnya komitmen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering merasa emosional dan depresi tentu akan membuat seseorang merasa terisolasi.
2. Tidak mampu mengontrol emosi
Ketidakmampuan dalam mengontrol emosi akan selalu berubah berdasarkan pengalaman dan cara sosialisasinya. Oleh karena itu, penderita gangguan bipolar harus mampu memotivasi sikap dan perbuatan dengan dibantu adanya perkembangan mentalitas yang positif dari interaksi sosial tersebut.
Hal itu harus dilakukan agar penderita bipolar rentan dalam memiliki pola pemikiran yang negatif dan mengalami isolasi diri bahkan hilangnya fungsi sosial dalam dirinya yang dapat memperparah keadaan tersebut dalam mengontrol emosinya.
3. Ketergantungan obat
Beragam jenis obat yang digunakan dalam mengatasi gangguan bipolar ada banyak dan jenisnya pun dapat berbeda-beda. Hal ini tergantung bagaimana kondisi penderita tersebut dengan gejala yang dialaminya saat itu apakah episode manik dan hipomanik hingga episode depresi.
Penderita bipolar harus mengetahuinya apakah mereka memerlukan pengobatan jangka panjang atau tidak sesuai dengan pengawasan dokter yang menanganinya saat itu.
Cara Mengatasi Gangguan Bipolar
1. Terapi obat-obatan
Dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan anticonvulsant. Antidepresan juga dapat diberikan untuk mengatasi pemicu episode bipolar. Stabilisator dapat meliputi: lithium carbonate, obat-obatan antipsychotic atau anticonvulsant. Penting untuk diingat bahwa obat-obatan diperlukan untuk kelainan bipolar, sehingga pengidapnya direkomendasi untuk mengonsumsi obat-obatan sesuai petunjuk.
2. Pengobatan psikologis
Selain obat-obatan, terapi psikologis juga berguna untuk mengurangi gejala, seperti:
• Psychoeducation, terapi ini memberikan informasi yang penting tentang kelainan bipolar, seperti penyebab, gejala dan pencegahan.
• Cognitive behavioral therapy (CBT), terapi ini juga dikenal sebagai terapi bicara yang dapat membantu pengidapnya mengatasi masalah dengan mengubah pikiran dan perilaku. Selama terapi, pengidap bipolar akan melakukan beberapa sesi bicara dengan terapis untuk membagi masalah menjadi beberapa bagian.
• Terapi keluarga, terapi ini terfokus pada hubungan keluarga dan mendorong setiap anggota keluarga untuk memperkuat hubungan keluarga untuk meningkatkan kesehatan mental. Bahwa keluarga adalah salah satu pengobatan psikologis yang terbaik untuk kelainan mental.
3. Mengubah kebiasaan gaya hidup
Gaya hidup sehari-hari juga memiliki dampak positif dan negatif pada kesehatan mental seseorang. Dengan mengubah kebiasaan yang baik maka juga menjadi peran penting dalam pengobatan bipolar mania. Seperti mendapat tidur yang cukup, makan yang sehat dan aktivitas fisik yang sehat, seperti yoga atau olahraga setiap hari. Batasi dan hindari penggunaan obat-obatan, rokok dan alkohol.