Gandum di Lubang Kemaluan, Peristiwa yang Dialami Ummu Muawiyah
Hindun binti 'Atabah adalah seorang perempuan berwajah cantik jelita dan kaya harta. Ia mempunyai banyak hewan, jumlahnya mencapai seribu ekor kuda. Selain itu, ia juga mempunyai seribu budak. Ia mempunyai kereta dari kayu yang dibalut dengan intan dan permata.
Suaminya adalah Al-Fakih bin al-Mughirah, salah seorang pemuda Ouraisy. Al-Fakih bin al-Mughirah mempunyai kegemaran bertamu, berkunjung dari rumah ke rumah tanpa ada penghalang sama sekali.
Suatu hari, al-Fakih bin al-Mughirah pergi untuk beberapa keperluan. Salah seorang temannya datang ke rumah hendak menemuinya. Namun, tamu tersebut hanya melihat Hindun. Tamu itu pun kembali dengan malu.
Lalu, ia mencari dan menghadap kepada Al-Fakih bin al-Mughirah yang sedang keluar rumah, meskipun tidak menemuinya.
Setelah itu, Al-Fakih bin al-Mughirah datang melihat Hindun, istrinya. Namun, Al-Fakih al-Mughirah sepertinya meragukan sesuatu hingga terjadi sedikit masalah dengan istrinya.
“Kembalilah kepada orang tuamu,” sentak Al-Fakih bin al-Mughirah.
Orang-orang banyak membicarakan masalah Hindun, dan menyebar ke mana-mana sampai kepada ayahnya, Atabah. “Atabah pun memanggil Hindun untuk menanyakan penyebabnya.
Membincangkan Kehormatan
“Orang-orang membincangkan kehormatanmu. Jujurlah kepadaku, beri tahu aku informasi sebenarnya. Apabila yang dikatakan orang-orang itu benar, maka aku akan mengirim orang untuk membunuh Al-Fakih dengan rahasia. Apabila yang mereka katakan ternyata salah, aku akan mengadu kepada sebagian dukun Yaman agar menjelaskan bersihnya engkau, dan kami tidak akan melakukan apa-apa kepadanya,” kata 'Atabah.
Mendengar ucapan ayahnya, Hindun bersumpah dengan ikrar yang cukup menguatkan bahwa ia bebas dari tuduhan orang-orang. Seketika, “Atabah mengutus seseorang menemui Al-Fakih bin al-Mughirah untuk bertemu dalam sebuah sidang di depan dukun yang sudah ditentukan pada suatu waktu.
"Engkau telah menuduh anakku melakukan zina. Maka, engkau harus diadili,” begitu pesan yang dititipkan kepada seorang utusan.
Al-Fakih bin al-Mughirah keluar membawa orang dari Bani Abdi ad-Dari, sementara Hindun keluar dengan membawa massa perempuan dari Bani Umayyah. Setelah mereka keluar dari desa masing-masing dan mendekati pertapaan dukun, “Atabah melihat putrinya berwajah pucat, gemetar, dan bingung dengan masalah yang dihadapinya.
“Mengapa engkau takut, wahai anakku?" tanya 'Atabah.
“Demi Allah, aku tidak menyukai perkara ini sampai begini. Aku hanyalah manusia biasa, yang terkadang benar dan terkadang salah. Aku tidak mempercayai ia menuduhku zina tanpa dasar. Maka, hal itu adalah aib selama-lamanya bagi kami,” ungkap Hindun.
“Kita tertimpa suatu musibah, dan akan mengujikan hal itu kepada si dukun. Apabila ia memberi tahu kita, maka kita memperhitungkan ilmunya dan memintanya berfatwa. Namun apabila tidak, maka kita akan meninggalkannya," kata 'Atabah.
Selanjutnya, mereka mengambil biji gandum dan memasukkannya pada lubang kemaluan kuda. Sesampainya di tempat si dukun, mereka menyapa dan memuliakannya. “Kami datang membawa sesuatu dan mengadukan suatu masalah kepadamu. Bagaimana pendapatmu?" sapa mereka. “Sebuah biji terdapat di dalam lubang kemaluan,” jawab si dukun. “Kami menginginkan yang lebih lengkap lagi, dari sekadar informasi ini!" kata orang-orang.
Gandum di Lubang Kemaluan
“Sebuah biji gandum di dalam lubang kemaluan kuda,” jelas sj dukun.
“Engkau benar! Sekarang, bagaimana pendapatmu tentang perempuan-perempuan itu?” tanya orang-orang.
Selanjutnya, si dukun mendekat kepada semua perempuan yang hadir dalam pertemuan tersebut. Masing-masing ditemuinya dengan komentar satu per satu. Dan, pada seorang perempuan yang tidak lain adalah Hindun, si dukun menepuk pundaknya.
“Demi Allah, engkau sama sekali tidak berzina. Engkau bebas dari tuduhan orang-orang. Engkau akan melahirkan seorang raja bernama Muawiyah.”
Al-Fakih bin al-Mughirah-suami Hindun—yang mendengar ucapan tersebut, langsung berubah pandangan kepada istrinya. Dalam keterkejutan, ia pergi kepada Hindun untuk menemui dan mencium kepalanya. Akan tetapi, Hindun berteriak dan berkata, “Jauhi aku! Demi Allah, aku akan berusaha sendiri untuk raja dalam perutku ini tanpa engkau.”
Demikian, penolakan terus dilakukan Hindun atas permintaan damai suaminya, hingga Al-Fakih bin al-Mughirah menceraikan istrinya tersebut.
Setelah kata-kata si dukun tentang akan lahirnya seorang raja dari rahim Hindun menyebar, orang-orang berbalik arah menyukai Hindun. Sampai-sampai, para pembesar dan pejabat turut merasakan senang. Akhirnya, salah seorang dari pembesar bernama Abu Sufyan melamarnya, dan menyerahkan harta yang sangat banyak. Hindun ridha atas lamaran tersebut dan berlanjut ke pernikahan. Benar sja, Hindun melahirkan seorang anak bernama Muawiyah yang kemudian menjadi seorang raja yang menguasai timur dan barat.
Wallaahu a'lam.