Gandrung Sewu, Eksotisme 1048 Penari Dihelat Lagi
BANYUWANGI: Gandrung Sewu dihelat sebentar lagi. Salah satu ikon B-Fest yang ditunggu banyak wisatawan mancanegara itu dihekat 8 Oktober 2017 mendatang. Festival masih akan digelar di Pantai Marina Boom. Jangan lewatkan ya.
MY. Bramuda, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, mengatakan, even ini mempresentasikan kemegahan budaya Banyuwangi. Seperti yang lalu, seribu lebih penari Gandrung bakal dilibatkan.
Tari Gandrung, kata Bram, adalah kesenian original yang lahir dan berkembang di Banyuwangi, berasal dari Bahasa Banyuwangi yg berarti gemar, tergila-gila, atau terpesona. Bentuk kekaguman penduduk Blambangan yang agraris pada Dewi Sri yang merupakan Dewi Padi.
"Jadi merupakan bentuk rasa syukur warga sehabis panen, acara ini sangat meriah dan menarik,"bebernya. Kata Bram, awalnya tarian ini dimainkan penari pria dengan dandanan wanita.
Tapi bersama berkembangnya Islam di bumi Blambangan, Gandrung Lanang mulai sejak pudar. Kemudian muncullah Semi, saat itu berusia 10 tahun, tahun 1895 ditahbiskan juga sebagai Gandrung wanita pertama. Sejak itu tari Gandrung lebih dominan dibawakan oleh wanita daripada pria.
Bram juga memaparkan, dalam perhelatan tahun ini, ini kolosal Gandrung membawa sebuah tema Kembang Pepe. Diikuti 1048 penari, berbeda dengan tema sebelumnya, Kembang Pepe ini menceritakan perlawanan Gandrung saat melawan penjajah Belanda. Gandrung sebagai pertunjukan hiburan saat itu, juga sebagai alat penjebak para tentara Belanda kala perang tempo dulu tersebut.
"Beda dengan Seblang Lukinto tema kita tahun lalu. Tema Kembang Pepe ini lebih pada action Gandrung dalam melakukan perlawanan. Sementara Seblang Lukinto itu kepada strategi dan siasat sebelum perang berlangsung," tambahnya.
Abdullah Azwar Anas, Bupati Banyuwangi, mengatakan, keterlibatan masyarakat dalam Banyuwangi Festival sudah mulai tumbuh. Bahkan sejak Gandrung Sewu digelar pertama, masyarakat sudah sangat antusias terlibat dalam ajang ini.
"Banyuwangi Festival selalu melibatkan masyarakat. Berbagai acara ritual dan adat juga sudah masuk dalam program ini, silahkan terus kunjungi Banyuwangi, dan nikmati alam serta budaya kami,"katanya.
Lebih lanjut Bupati Anas menambahkan, Gandrung Sewu sudah menjadi atraksi special dikarenakan melibatkan lebih dari seribu penari."Panggungnya panggungnya di bibir pantai, penontonnya puluhan ribu,acaranya dikemas dengan cara unik bersama tema yang membumi. Aspek ini akan memberikan kebanggaan yang luar biasa bagi si penari Gandrung yang selama ini kebanyakan cuma tampil didepan penonton lokal," paparnya.
Gandrung juga dinobatkan sebagai ikon daerah dan bertepatan dengan HUT Kab Banyuwangi 2002, dikukuhkan juga sebagai maskot Banyuwangi dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Bukan Benda oleh Kemendikbud pada 2013.
Di berbagai ruang saat ini dibangun patung penari Gandrung, menukar lambang diawal mulanya, ular berkepala Gatot Kaca.Juga di sekolah-sekolah, tari Gandrung jadi juga sebagai gerakan ekstra kurikuler yg diwajibkan
"Dan menjadi kebanggaan, Gandrung dua kali mendapatkan kehormatan tampil di perhelatan resmi kenegaraan seusai upacara Detik-Detik Proklamasi Ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia di halaman Istana Negara. Sebelumnya,diundang pada perayaan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2016 lalu," tambahnya.
Bagi Menpar Arief Yahya,Banyuwangi bisa menjadi tujuan wisata dunia karena telah memiliki daya dukung pariwisata yang memadai. "Untuk Banyuwangi kami akan terus dorong agar pada 2019 bisa menjadi tujuan wisata dunia. Ritual adat seperti Gandrung Sewu ini unik dan layak sebagai salah satu daya tarik wisata di Banyuwangi,"ungkap Menpar Arief Yahya.
Modal lain adalah soal akses menuju Banyuwangi, Menpar menegaskan kini semakin banyak pilihan di antaranya dengan penerbangan langsung rute Jakarta-Banyuwangi setiap hari.
"Selain itu, ada tiga penerbangan yang melayani rute Surabaya-Banyuwangi tiga kali dalam sehari. Fasilitas untuk wisatawan kian lengkap, ada homestay sampai hotel bintang empat," pungkasnya. (*)
Advertisement