Game Jelangkung Mahasiswa UB Raih Penghargaan di Compfest ke-11
Tiga mahasiswa Fakultas ilmu Komputer Universitas Brawijaya (UB) Malang berhasil menorehkan prestasi di ajang Compfest ke-11 karena hasil karyanya berupa game Jelangkung.
Ajang ini sendiri merupakan one-stop festival IT tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (UI) pada 7-8 September 2019 lalu.
Ada lima cabang kompetisi yang dilombakan di COMPFEST, yakni Capture The Flag, Competitive Programming Contest, Business-IT Case, Innovative App Competition, dan Indie Game Ignite.
Ketiga mahasiswa yang tergabung dalam HeavyNano Studio ini adalah Wildan Rahmat Ramadhan selaku programmer (2016), Mujiburrahman Haekal Fajry selaku penata musik dan design gameplay (2017) serta Vivian Dzikriany Azis selaku art designer (2016).
Mereka berhasil meraih penghargaan tertinggi pada cabang Indie Game Ignite yakni Game of The Year.
Game ini mengambil inspirasi dari hantu-hantu khas Nusantara seperti Moto Satampah, Banaspati dan Jelangkung sebagai monster yang harus ditaklukkan dalam game tersebut.
Salah satu anggota tim, Mujiburrahman Haekal Fajry mengatakan game yang diciptakan timnya ini bernama Melody of The Light. Yaitu sebuah games yang bergenre Bullet Hell Metroidvania dengan konsep open world yang berfokus pada eksplorasi.
"Game ini terinspirasi dari game yang sudah ada sebelumnya, diantaranya Symphony of the Night, Metroid, dan Touhou," ujarnya dalam rilis resmi yang diterima ngopibareng.id, Kamis 19 September 2019.
Haekal menambahkan, game ini menggunakan konsep art style berupa pixel art. Konsep ini diangkat karena belakangan pixel art mulai tren.
"Game ini menceritakan seorang perempuan bernama Kinanthi yang mencari ayahnya di dalam dunia bernama The Origin. Kinanthi harus mengumpulkan item dan mendapatkan skill untuk bisa mencapai tujuannya," kata Haekal.
Menurut Haekal yang menjadikan Melody of The Light berbeda dengan game lain adalah tambahan nuansa kultur Nusantara yang dimasukkan kedalamnya. "Seperti Moto Satampah, Banaspati dan Jelangkung tadi," katanya.
Fitur dari game eksplorasi ini terdiri dari secret place, boss fight, shop, equipment system dengan berbagai macam item yang dapat dikombinasikan menjadi build item sehingga mempermudah player dalam kondisi tertentu.
"Kami menambahkan fitur-fitur tersebut agar player benar-benar dapat merasakan sensasi petualangan dari game ini," katanya.
Sementara, Vivian, salah satu anggota tim HeavyNano Studio lainnya menambahkan, ia mengaku sangat senang bisa ikut serta dalam kompetisi tersebut.
Banyak hal yang bisa didapat, terutama karena di kompetisi tersebut peserta bisa mendapatkan ilmu dari kegiatan mentoring bersama senior yang lebih berpengalaman di dunia game development.
"Oleh karena itu, terlepas dari reward yang telah diberikan, pengalaman selama dua hari bersama orang-orang hebat di bidang game development merupakan pengalaman yang sangat tak ternilai harganya,” katanya.
Selain itu, peserta juga mendapat kesempatan bertemu dengan teman baru yang tidak hanya terdiri dari mahasiswa, namun juga para profesional berbagai studio game developer.
Dengan dinobatkannya Melody of The Light sebagai Game of The Year, maka tim HeavyNano Studio berhak atas hadiah berupa dana pengembangan senilai Rp10 juta.
Rencananya dana tersebut akan digunakan sebagai modal untuk meluncurkan game ini di STEAM, sebuah platform distribusi digital milik pengembang dan penerbit game Personal Computer (PC) asal Amerika Serikat.
"Kami menargetkan pasar Melody of The Light untuk pengguna PC melalui STEAM. Game ini dibuat untuk pecinta game yang bergenre Bullet Hell dan Metroidvania dengan konsep open world sehingga dapat dieksplorasi setiap detail tempat yang ada,” kata Wildan, salah satu anggota tim lainnya.
Advertisement