Galon Air Polikarbonat Vs PET, Demi Kesehatan atau Perang Dagang?
Dokter Richard Lee biasa mengungkap kandungan berbahaya di beberapa merek kosmetik. Kali ini, ia vokal menyuarakan tentang galon air mineral berbahaya. Alasannya, ada kandungan yang tidak semestinya ada pada galon.
Melalui akun media sosial dan YouTube pribadinya, dokter Richard Lee mengatakan jika galon air kemasan mengandung kontaminasi Bisfenol A (BPA) berbahaya. Ia meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bertindak.
Sebagai informasi, BPA merupakan salah satu bahan penyusun polikarbonat, yang digunakan untuk membuat galon air minum. Zat kimia ini telah dikaitkan dengan berbagai dampak kesehatan, dari gangguan reproduksi hingga autisme.
“Masih syok dengan minuman galon yang saya minum bertahun-tahun yang mengandung BPA!! Apa ini alasan makin banyak kasus anak hiperaktif, ADHD, dan autism?," ucapnya.
“Himbauan terbuka bagi kalian semua yang masih pakai galon yang seperti ini ya. Ini saya sedih banget,” sambung dokter Richard Lee.
Ia menambahkan jika di Eropa sendiri penggunaan galon air minum yang mengandung polikarbonat dilarang karena ada cemaran BPA.
“Kalian ke bayang gak sih minuman bayi, botol minuman, termos di mana-mana kita cari BPA free tapi untuk ngisinya airnya dari galon yang ada BPA-nya,” ungkap dokter Richard Lee.
Ia meminta kepada pengguna galon dengan cemaran BPA berhenti setelah dia memberitahu. “Saya menghimbau semua wanita Indonesia, emak-emak di luar sana untuk stop menggunakan galon yang berkarbonat,” ujarnya.
Dokter Richard Lee berani mengatakan demikian setelah mendengarkan review dari para ahli, membaca jurnal, hingga kenyataan di luar negeri yang melarangnya.
Dampak dari kampanye tersebut, klinik kecantikan dokter Richard Lee didemo massa. Mereka mencurigai konten podcast dokter Richard Lee yang telah tersebar di masyarakat itu dibayar oleh pihak-pihak tertentu.
“Seorang dokter kecantikan yang passionnya seharusnya bicara soal kosmetik tidak punya kompetensi untuk berbicara mengenai makanan dan minuman. Meresahkan masyarakat," protes Ketua Umum Barak Nusantara, Ryansyah dalam orasinya, Jumat 6 Oktober 2023.
Isu Perang Dagang
Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) kukuh menolak usulan terkait pelabelan peringatan tentang potensi kontaminasi BPA di air minum dalam kemasan (AMDK).
Ketua Aspidin, Rachmat Hidayat mengatakan, pihaknya menentang usulan tersebut lantaran selama 40 tahun penggunaan galon guna ulang polikarbonat, belum ada temuan masalah kesehatan akibat mengonsumsi AMDK tersebut.
“Kami menyesalkan upaya beberapa pihak yang secara terstruktur, sistematis, masif, dan terus-menerus untuk melakukan kampanye negatif terhadap salah satu kemasan AMDK, khususnya kemasan plastik polikarbonat,” ucap Rachmat dalam rilis pers yang disiarkan kepada awak media.
"Semua produk air kemasan galon yang beredar di pasar sudah memiliki izin edar BPOM dan bersertifikat SNI guna menjaga kualitas dan keamanan AMDK-nya," tandas dia.
Temuan BPOM
Meski belum ada laporan masalah kesehatan, kenyataannya, BPOM menemukan kontaminasi BPA di atas ambang aman pada sejumlah galon guna ulang polikarbonat. Berdasarkan hasil uji migrasi yang dilakukan terhadap AMDK galon polikarbonat sepanjang 2021-2022, BPOM menemukan bahwa 3,4 persen sampel di sarana peredaran tidak memenuhi syarat batas maksimal migrasi BPA yang dipatok BPOM, yakni sebesar 0,6 bagian per juta (bpj).
Tak hanya itu, BPOM juga menemukan sejumlah sampel yang masuk kategori “mengkhawatirkan” dengan migrasi BPA 0,05 bpj hingga 0,6 bpj. Rinciannya adalah 46,97 persen sampel dari sarana peredaran dan 30,91 persen sampel dari sarana produksi.
Karena sejumlah temuan itu, BPOM pun berinisiatif untuk melakukan pengaturan pelabelan AMDK pada kemasan galon guna ulang berbahan polikarbonat. Galon guna ulang ini diwajibkan memasang label “Berpotensi mengandung BPA”.
Fakta Galon PET
PET dibuat dari bahan baku asam tereftalat (TA) dan etilen glikol (EG) dengan bantuan katalis berbasis antimon (Sb), Germanium (Ge), atau Titanium (Ti). Guru Besar Bidang Pemrosesan Pangan Departemen Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip), Andri Cahyo Kumoro mengatakan, suhu penyimpanan yang tinggi dan penyinaran sinar matahari secara langsung dapat meningkatkan pelepasan zat antimon ke dalam air.
"Penanganan bahan baku, produk dan kemasan itu menjadi bagian penting juga dalam bisnis makanan dan minuman termasuk yang siap saji," jelasnya.
"Kalau mau aman itu ya bisa menggunakan bahan organik, degradable dan aman seperti plastik berbasis pati, lipid, rumput laut atau campuran dan turunannya. Tapi itu kan mahal cost-nya, tidak efisien untuk industri," tandas Andri.
Advertisement