Galeri Nasional Merandai Tanda-tanda Zaman di Pasuruan
Galeri Nasional menyelenggarakan pameran lukisan di Kota Pasuruan. Menarik. Tentu bukan lukisan-lukisan koleksi Galnas yang diboyong ke Pasuruan, melainkan karya pelukis-pelukis Pasuruan sendiri, ditambah pelukis dari beberapa kota seperti Surabaya, Malang, Batu, Mojokerto, Yogyakarta, Kudus, Pati dan beberapa kota lain.
Setiap pelukis mengirimkan satu karya. Jumlah pelukis yang berpameran 47 pelukis, lebih dari setengahnya, tepatnya 26 pelukis, berasal dari Pasuruan. Karya yang dipamerkan genre drawing, dengan media selain cat. Karena itu tajuk pamerannya Pameran Seni Gambar; Merandai Tanda-tanda Zaman.
Galeri Nasional, di bawah Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI, menyelenggarakan pameran. Artinya seluruh biaya pameran seni gambar ini ditanggung oleh Galnas. Termasuk sewa gedung dan cetak katalog. Sebagai institusi pusat, proyek ini jelas amat bermanfaat bagi para pelukis di daerah. Setidaknya para pelukis daerah itu diakui dan diapresiasi oleh pemerintah pusat melalui Galnas, meskipun, karya mereka tidak dapat hadir di Galeri Nasional yang letaknya persis di depan Stasiun Gambir, Jakarta.
Galnas tidak cuma membiayai pelaksanaan pameran yang berlangsung di Gedung Serbaguna Yon Zipur 10 dari tanggal 4 sampai 8 Desember ini, tetapi juga bertanggungjawab mengkuratori agar secara kwalitas semua karya yang dipamerkan bisa dipertanggungjawabkan.
Tiga orang kurator yang dipilih oleh Galnas untuk menyeleksi pelukis beserta karyanya adalah Sudjud Dartanto, Teguh Margono dan Achmad Rosidi.
Pustanto, Kepala Galeri nasional datang sendiri ke Pasuruan dua hari sebelum pembukaan, Selasa Malam. Dia ikut terlibat dalam penataan ruang dan penataan lukisan yang dipamerkan. Karena gedung serbaguna milik TNI ini termasuk gedung kuno, maka beberapa dindingnya perlu ditutup dengan panel. Bahkan dicat dengan warna hitam karena kebutuhan artistik.
“Ya, karena penyelenggaranya Galnas, maka konsep penyajian pameran kami upayakan seusai standar Galnas,” kata Pustanto kepada Ngopibareng.id.
Menurut Pustanto, pameran di Pasuruan ini adalah bagian dari tahun edukasi yang saat ini sedang disosialisasikan oleh Galnas.
“Secara fungsional Galnas memiliki tiga jenis kegiatan. Pertama adalah pameran tetap, menampilkan koleksi Galnas sendiri. Kedua, secara temporer Galnas memberi kesempatan pada para seniman untuk berpameran di Jakarta. Ketiga, Galnas menyelenggarakan pameran ke luar atau ke daerah untuk memberi panggung kepada seniman di daerah sekaligus mengedukasi. Pameran di Pasuruan ini adalah realisasi dari fungsi ketiga Galnas,” kata Pustanto.
Karena yang ditampilkan kebanyakan adalah karya drawing, maka gedung pertemuan yang selama pameran disulap jadi galeri, tidak nampak hingar bingar dengan warna. Kedua puluh enam pelukis Pasuruan yang menyandingkan karya-karya mereka dengan karya pelukis-pelukis dari daerah lain yang diundang kurator, menjadikan pelukis-pelukis Pasuruan yang beragam usia jadi bangga.
Bahkan ada beberapa karya pelukis Pasuruan yang lebih menonjol, karena memang para pelukis Pasuruan selama ini cukup akrab dengan drawing, sehingga ada yang mendeklarasikan Pasuruan sebagai Kota Drawing. Sementara beberapa pelukis dari luar Pasuruan lebih terbiasa menggunakan media cat, dan diundang Galnas untuk mengikuti Pameran Seni Gambar.
Kedua puluh enam pelukis Pasuruan yang diundang masing-masing adalah Abdul Muis, Aristya Abadi, Farur Rozy, Figo Dimas Saputra, Afreshawenny, Akbar Warisqia, Aldy Surya, Brian Lazward, Yawara Oky Rahmawati, Garis Edelweiss, Gatot Japet, Iron Supaley, Karyono, Kharisma Adi, Kharisma Nanda, M. Medik, M. Risky Firdaus, Mohamad Salman Al Farisi, Murdiono, Nofi Sucipto, Reza Ahmad Fauzi, Saiful Ulun, Samsul Hadi, Sapta Rizky Artdiansya, Sihabudin, Teguh Purwanto Tentry Latanre dan Wahyu Nugroho.
Sedang pelukis dari luar Pasuruan Agus Koecink Sukamto, Badrie, Bambang BP, Dadang Rukmana, Eunike Nugroho, Heri Catur Prastya, Iwan Yusuf, Joko Pramono, Joni Ramlan, Koeboe Sarawan, Kris Dologh, Lini Natalini Widhiasi, Nurali, Putut Puspito Edi, Romi Setiawan, Seno Andrianto, Setyo Nurdiono, Susilo Tomo dan Toni Ja’far.
Itulah 47 pelukis yang diundang Galnas untuk ikut Merandai Tanda-tanda Zaman. Mereka menampilkan karya drawing, meskipun ada empat karya frmat 3D.
Mengapa pameran Galnas di Pasuruan ini bertajuk Merandai Tanda-tanda Zaman? Ketiga kurator, masing-masing Sudjud Dartanto, Teguh Margono dan Achmad Risidi sepakat, bahwa tujuan pameran ini memang untuk mengekspresikan berbagai tanda-tanda zaman yang dialami atau dirasakan para pelukis. Apa yang mereka pikirkan setelah melihat kondisi mutakhir melalui tanda sosial, tanda politik, ekonomi dan sebagainya yang mereka tangkap. Tanda-tanda yang mereka tangkap dan ekspresikan itulah yang kemudian mereka pamerkan, apakah sesuai dengan tanda-tanda yang ditangkap masyarakat.
Sedang kata Merandai, yang dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) artinya berjalan melalui, sehingga arti keseluruhannya adalah berjalan melalui atau menyeberangi tanda-tanda zaman. Meskipun berat pada tema, tetapi ternyata para pelukis dapat mewujudkannya, melalui interpretasi masing-masing terhadap kondisi sosial masyarakat, ke dalam karya drawin.
Pustanto, Kepala Galeri Nasional, memuji karya-karya yang dipamerkan. Katanya memang ada satu atau dua karya yang masih belum karya puncak, tetapi Galnas juga memberi kesempatan kepada mereka untuk berkembang. “Inilah fungsi Galnas dalam mengedukasi para seniman di daerah,” jelasnya.
Menurutnya, tahun 2013 Galnas juga menggelar pameran di Pasuruan, bertajuk Panorama Indonesia yang menampilkan karya-karya hasil lomba drawing tingkat nasional tahun itu, yang juga disandingkan dengan karya-karya pilihan perupa Pasuruan. Dengan demikian ada kaitan mengapa tahun ini pameran kembali diadakan di Pasuruan.
“Sebenarnya kami juga sering menyelenggarakan pameran bersama seperti ini di beberapa daerah. Antara lain Dalam skala nasional, Pameran Keliling pertama kali digelar di Medan, tahun 2006, kemudian Manad (2007), Balikpapan (2008), Ambon (2009), Palembang 2010, Lombok (2011), Banjarmasin (2011), Makassar (2012), Pekanbaru (2013), Pontianak, (2013), Kupang (2014), Serang (2014), Malang (2014), Daerah Istimewa Yogyakarta (2015), Palu (2015), Lampung (2017), Gorontalo (2017), Bandung (2018), Aceh (2018), Jakarta (2019) dan sekarang ini Pasuruan. Jadi untuk 2019 ini kami menyelenggarakan dua kali pameran keliling,” jelas Pustanto.
Plt. Wali Kota Pasuruan, Raharto Teno Prasetyo menyampaikan terima kasih kepada Galnas yang telah memilih Kota Pasuruan untuk gelaran pameran ini. “Pameran ini bukan hanya sebagai ajang ekspresi, tetapi juga tempat silaturhami para seniman dengan pengelola Galnas serta antar seniman dengan masyarakat Pasuruan,” kata Teno. (nis)