Gajah Mada, Mahapatih Lahir di Bali Agung Tanpa Orang Tua
Mohammad Yamin dalam bukunya Gajah Mada: Pahlawan Persatuan Nusantara menduga Mahapatih Majapahit itu lahir di kaki Gunung Arjuna-Kawi, Malang pada permulaan abad 14 sekitar tahun 1300 masehi. Gajah Mada berasal dari kalangan rakyat biasa. Namun, ia mempunyai semangat tinggi untuk membesarkan negaranya yang baru dibentuk.
Menurut kepercayaan orang Bali dalam Kitab Usana Jawa, Gajah Mada lahir di Bali Agung dari buah kelapa sebagai jelmaan Sang Hyang Narayana.
Menurut Yamin, Gajah Mada mempunyai arti gajah yang galak dan tangkas. Mahapatih Majapahit itu mempunyai beberapa nama lain. Yaitu Empu Mada, Jaya Mada, Dwirada Mada. Sedangkan dari segi agama, nama Gajah Mada adalah Lembu Muksa jelmaan Dewa Wisnu.
Pemerhati Sejarah Mojokerto Iwan Abdillah berpendapat masa kecil Gajah Mada bernama Dipa. Konon Dipa menimba ilmu dari Brahmana Anuraga atau Kuda Anjampiani, putra Ranggalawe. Alih-alih dikenal sebagai pemberontak, Ranggalawe merupakan putra Arya Wiraraja dari Madura yang berjasa membantu Raden Wijaya mendirikan Majapahit tahun 1292-1293 masehi.
"Gajah Mada kecil berinteraksi dengan anak Ranggalawe, keturunan pimpinan prajurit keraton Majapahit. Pada akhirnya nanti Gajah Mada sendiri akan berinteraksi di dalam keraton bahkan menjadi tokoh berpengaruh pada masa keemasan Majapahit," kata Iwan Minggu, 5 Desember 2021.
Sementara Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim Wicaksono Dwi Nugroho menggali asal-usul Gajah Mada dengan menelaah beberapa karya sastra kuno. Pertama yakni Kitab Usana Jawa atau Cerita Bali.
Dalam kitab ini disebutkan Gajah Mada lahir di Bali Agung tanpa orang tua. Konon Mahapatih Majapahit itu keluar dari buah kelapa sebagai penjelmaan dari Sang Hyang Narayana atau Dewa Wisnu. Suatu ketika Gajah Mada hijrah ke Majapahit.
Dalam Babad Gajah Mada diceritakan Gajah Mada putra Patni Nari Ratih yang disetubuhi Dewa Brahma. Kala itu, Patni ditinggal suaminya, Mpu Sura Dharma Yogi membuat huma di selatan Lembah Tulis. Bayi Gajah Mada lantas diasuh Kepala Desa Mada. Saat dewasa, ia diajak ke Majapahit untuk mengabdi kepada raja.
"Menurut Babad Arung Bondan, Gajah Mada putra Patih Majapahit, Lugender atau Logender dalam cerita rakyat Damarwulan-Menakjingga," terangnya.
Wicaksono menjelaskan, dalam Babad Arung Bondan juga dijelaskan Logender menjadi Patih Majapahit pada masa pemerintahan Ratu Kenya atau Kencanawungu. Filolog Belanda, JLA Brandes menyatakan cerita Damarwulan-Menakjingga sejatinya terjadi pada masa Ratu Suhita 1429-1447 masehi.
Sosok Menakjingga dalam cerita rakyat itu setara dengan Bhre Wirabhumi, penguasa keraton timur yang berperang melawan Majapahit. "Bila mengikuti tafsiran ini, Gajah Mada baru ada setelah Majapahit melewati masa kejayaannya. Hal yang tidak mungkin," cetusnya.
Sedangkan dalam Serat Pararaton yang ditulis abad 16 masehi, kata Wicaksono, Gajah Mada putra petinggi Majapahit sekaligus pengikut setia Raden Wijaya, Gajah Pagon. Saat tentara Kerajaan Kadiri menyerang, Gajah Pagon dan Raden Wijaya mengungsi ke Desa Pandakan di Madura.
"Gajah Pagon dititipkan ke Macan Kuping, Kepala Desa Pandakan karena kondisinya terluka. Gajah Pagon kemudian menikah dengan putri Macan Kuping dan melahirkan Gajah Mada," jelasnya.
Ia berpendapat referensi sejarah yang paling tepat sebagai rujukan asal-usul Gajah Mada adalah Serat Pararaton. Berdasarkan berbagai sumber sejarah lainnya, sosok penyandang nama Gajah pada masa Majapahit hanyalah Gajah Pagon, sahabat Raden Wijaya.
Gajah Pagon hidup sejak era Raja Singasari, Kertanegara 1268-1292 masehi. Sedangkan nama Gajah Mada mulai dikenal pada masa Raja Majapahit, Jayanegara 1309- 1328 masehi.
"Oleh sebab itu menjadi masuk akal keterangan di Pararaton bahwa Gajah Mada anak Gajah Pagon. Maka Gajah Mada berasal dari lingkaran penguasa Majapahit. Ia melanjutkan pengabdian ayahnya," tandas Wicaksono