Gagasan Anies Atasi Tawuran Antar Pemuda dan Korban Kekerasan
Kedatangan calon presiden Anies Baswedan di Kafe Nuansa, Kecamatan Sumbersari, Jember, Jawa Timur, langsung ditodong sejumlah mahasiswa, Sabtu, 28 Oktober 2023 malam.
Sejumlah mahasiswa mengutarakan gagasan dan meminta komitmen Anies jika terpilih sebagai Presiden Indonesia pada pemilu 2024 mendatang.
Doni, salah satu mahasiswa Institut Teknologi dan Sains Mandala Jember menyampaikan keresahannya tentang anarkisme dan tawuran antar pemuda. Tak hanya itu, Doni juga menyinggung soal kasus bullying yang akhir-akhir ini marak terjadi di lingkungan sekolah dan non sekolah.
Atas keresahan itu, Anies memaparkan gagasannya dalam menyikapi persoalan tawuran dan bullying. Anies menilai upaya pemerintah dalam menyikapi masalah sosial tersebut harus dikaji ulang.
Sebab, selama ini tawuran antar pemuda di lingkungan sekolah dan non sekolah sering kali ditempatkan sebagai masalah yang ekstrem. Negara menganggap kenakalan remaja dan pemuda sebagai sebuah tindakan kriminal.
Pilihannya ada dua, diselesaikan secara hukum berujung penjara dan secara damai dengan kekeluargaan. Negara selama ini membiarkan dua model penyelesaian tersebut berjalan tanpa ada terapi.
"Dua masalah sosial (bullying dan tawuran antar pemuda) sering dianggap sebagai sebuah kriminal yang diselesaikan secara hukum. Kedua dibiarkan dan diselesaikan secara kekeluargaan tanpa terapi," ujarnya.
Upaya penyelesaian tersebut semestinya menggunakan pendekatan sosiologi, bukan sekadar hukum dan penyelesaian secara kekeluargaan. Upaya penyelesaian dengan pendekatan sosiologi harus berbasis data untuk mencari akar persoalannya.
Anies mencontohkan upaya menangani konflik antar pemuda saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Berdasarkan observasi, tawuran antar pemuda di Jakarta disebabkan kampung yang terbelah oleh jalan tol maupun sungai tanpa jembatan.
Selain itu munculnya konflik antar pemuda juga sebagai akibat dari lapangan pekerjaan yang sempit. Pengangguran yang meningkat berbanding lurus dengan potensi tawuran antar pemuda.
"Salah satu solusi yang bisa dilakukan dengan memperluas lapangan pekerjaan. Kalau bekerja pada malam hari tidak nongkrong, karena besoknya harus bekerja," tutur mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Upaya lain yang bisa dilakukan dengan melaksanakan kegiatan yang memungkinkan antar pemuda berinteraksi secara intens. Sehingga komunikasi antar pemuda dapat terjalin dengan masif.
Sementara terkait kekerasan dan bullying di lingkungan sekolah dan kampus, Anies menganggap perlu dibentuk komite pencegahan kekerasan di lingkungan pendidikan.
Sampai saat ini belum ada satuan pendidikan di Indonesia yang memiliki komite tersebut. Padahal peraturannya sudah ada sejak tahun 2018 yang termuat dalam Permendikbud Nomor 83 Tahun 2018.
Dalam peraturan menteri itu, satuan pendidikan diwajibkan membentuk komite pencegahan kekerasan secara transparan. Orang yang terlibat identitasnya harus jelas dan dipajang di banner lengkap dengan nomor telepon yang bisa dihubungi.
Komite tersebut kemudian melakukan mitigasi potensi terjadinya kekerasan. Sehingga upaya pencegahan dapat dilakukan dengan maksimal.
"Sampai saat ini, belum ada satuan pendidikan yang memili komite pencegahan kekerasan. Bayangkan pulang dari perpustakaan malam hari, ada kejadian harus menelepon siapa, tidak ada. Karena itu negara harus hadir," pungkasnya.
Advertisement