Gagas Dana Abadi untuk Kemanusiaan, Ini Strategi Muhammadiyah
Sebetulnya Muhammadiyah itu sudah filantropi, bahkan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang dimilikinya bisa dilihat sebagai bentuk wakaf yang lebih progresif dari wakaf yang biasa.
Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sodaqoh Muhammadiyah (LazisMu) Hilman Latief, mengungkapkan hal itu, dalam keterangan Kamis 25 Februari 2021.
Menurutnya, AUM sebagai lembaga yang secara pembiayaan dan pendapatan sudah bisa mandiri serta berkelanjutan adalah wujud wakaf yang sesunguhnya. Muhammadiyah, bisa dikatakan lebih advance di bidang ini.
Dalam diskusi bulanan yang digelar oleh Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Hilman memaparkan, terkait dengan wakaf progresif Muhammadiyah sudah 100 tahun lebih menjalankan pola tersebut.
“Tapi saat ini ada yang lebih porgresif dalam menata manajemennya. Ini sebetulnya yang perlu kita pikirkan, tapi sebenarnya Muhammadiyah menjadi suatu contoh,” tegasnya
Meski demikian, dalam pandangan Hilman saat ini Muhammadiyah belum memiliki model investment yang kuat. Namun yang ada adalah AUM membuat program-program sosial, program yang serupa dengan CSR ini juga belum memiliki model dan arah yang jelas.
Dengan kenyataan tersebut ia mengusulkan supaya segera ada model, dan test case terkait dengan dana abadi yang dikelola Muhammadiyah supaya tetap eksis dan kompatibel dengan zaman yang dihadapi.
“Intinya salah satu tantangan dalam konteks dana abadi ataupun wakaf tunai sebagai bagian filantropi di persyarikatan adalah rumusan tentang investasi,” tuturnya
Pada bagian lain, ia menjelaskan tentang capaian kerja filantropi yang dilakukan LazisMu. Hilman mencatat sejak tahun 2016 sampai 2020 terus mengalami peningkatan pertumbuhan. Khususnya dari tahun 2019 ke tahun 2020, Kantor Layanan (KL) yang awalnya hanya berjumlah 534 KL, pada tahun 2020 bertambah menjadi 1019 KL.
Catatan menarik lainnya yang dimiliki oleh LazisMu adalah hampir di setiap AUM khususnya AUM bidang kesehatan saat ini memiliki KL LazisMu. Dan keberadaan LazisMu mulai dari Pusat, Wilayah, dan Daerah telah melewati audit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP).
“Ini bisa menjadi cikal bakal dari konteks filantropi yang sustainable. Karena ada sebetulnya yang menjadi perhatian kita adalah sustainable philanthropy for health care, sustainable philanthropy for humanitarian mission,” jelas Hilman
Oleh karena itu, dalam konteks bencana alam sekarang ini pihaknya sedang mencoba menjaga keberlangsungan keuangan untuk program. Saat ini LazisMu mencoba menganggarkan 10 persen dari zakat yang dihimpun untuk dialokasikan kepada siaga bencana sebagai cikal bakal dana abadi untuk humaniter.
Advertisement