Gagal Tangani Pandemi, Rakyat Thailand Tuntut PM Prayuth Mundur
Perekonomian Thailand terpuruk akibat pandemi. Di Bangkok, rakyat berunjuk rasa memprotes kegagalan pemerintah. Polisi telah menembakkan gas air mata dan peluru karet ke para demonstran di Bangkok, Sabtu kemarin.
Lebih dari 1.000 pengunjuk rasa menentang pembatasan pertemuan publik. Mereka berbaris menuju Gedung Pemerintah, kantor Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, menuntut pengunduran dirinya.
Polisi menutup jalan di dekat Monumen Kemenangan menggunakan kontainer dan menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk mendorong pengunjuk rasa mundur. “Kami menahan garis ini,” polisi mengumumkan melalui pengeras suara.
Sekitar 100 petugas terlihat dengan perlengkapan anti huru hara dan perisai beberapa meter dari tempat para demonstran berkumpul.
Protes jalanan terhadap pemerintah telah diadakan dalam beberapa pekan terakhir oleh beberapa kelompok, termasuk mereka jadi pendukung Prayuth, ketika rasa frustrasi meningkat atas manajemennya terhadap wabah virus corona dan dampak perekonomiannya.
Pada hari Sabtu, Thailand melaporkan rekor hampir 22.000 kasus COVID-19 baru yang dilaporkan dan jumlah kematian harian tertinggi yaitu 212 dalam sehari. Secara keseluruhan Thailand telah melaporkan 736.522 kasus virus corona, termasuk 6.066 kematian, sejak pandemi dimulai tahun lalu.
“Saya khawatir tentang situasinya, tetapi kami harus terus berjuang meskipun wabah COVID semakin parah,” kata pemrotes berusia 27 tahun, Nat, kepada kantor berita AFP, seperti dikutip Al Jazeera.
Para demonstran menyerukan pengunduran diri Prayuth, mantan panglima militer yang berkuasa dalam kudeta 2014. Mereka juga menuntut perubahan konstitusi yang dibuat oleh militer dan menyerukan perubahan pada monarki. (nis)