Gagal Paham Aksi Mendadak NKRI, Mendadak Bhineka
Dalam sebulan terakhir ada status di medsos yang sangat populer dan mondar-mandir disejumlah WAG. Status ini agaknya dibuat sebagai penyikapan atas “tafsir” dan pemaknaan baru tentang Pancasila, NKRI dan kebhinekaan.
Bangun pagar tinggi-tinggi//Diundang acara RT gak pernah datang//Tetangga gak kenal// Musyawarah RW jangan harap//Perayaan HUT RI gak nongol//Gotong royong gak pernah muncul//Ngomongnya suka pakai bahasa asing//Gaul senengnya sesama golongan dan etnis sendiri//Bertamu ke rumah syukur-syukur disambut pembantu/ biasanya sih ada anjing galak//Eh… tiba-tiba berteriak NKRI harga mati//Merasa paling Bhineka Tunggal Ika???// #Berharapmereka benar2CintaNKRI
Status ini biasanya dilengkapi dengan foto-foto kegiatan seribu lilin di berbagai kota. Kok ya kebetulan, ternyata yang hadir bila dilihat dari tampilan dan wajahnya, mayoritas adalah kelompok yang disebut sebagai pemilik “rumah berpagar tinggi dan punya anjing galak itu.”
Bila ditelusuri lebih jauh status ini awalnya muncul dari pengguna Medsos di Surabaya atau setidaknya Jawa Timur.
Dalam status awal itu, gaya bahasanya jauh lebih kocak, khas gaya Suroboyoan. Lugas, lucu, menggelitik, agak kasar bagi yang tidak terlalu kenal budaya Arek. Pokoknya kocak puuuooollll.
Bagi yang paham, itu adalah guyon sarkasme. Pasemon, sindiran. Guyon-guyon parikeno. Becanda, tapi sindirannya mengena. Mak Jleb, kalau kata anak muda sekarang.
Aksi “mendadak NKRI” serta tafsir dan pemaknaan baru tadi oleh para praktisi pemasaran disebut sebagai rebranding. Sebuah strategi pemasaran dengan memberi nama baru, istilah, simbol, desain, atau kombinasinya.
Tujuannya adalah mengembangkan identitas baru, membuat perbedaan dalam benak konsumen maupun pesaing.
Yang perlu diperhatikan, biasanya rebranding dilakukan oleh merek-merek yang sudah mapan dengan target meraih ceruk pasar yang lebih luas atau memenangkan kompetisi pasar.
Jadi yang harus benar-benar diperhatikan adalah si “produk “ itu sendiri. Konten dan isinya harus nyambung dengan brand baru yang ingin dipasarkan.
Kalau antara produk, packaging, kemasan, dengan promosinya tidak nyambung, bisa dipastikan proses rebranding itu akan gagal total.
Kampanye dan promosi besar-besaran yang digelontorkan akan menjadi percuma dan malah bisa membuat cash flow perusahaan berdarah-darah.
Mengapa? Karena pembeli produk, pasar merasa kecewa. Mereka tidak menemukan kesesuaian antara produk, kemasan dan kampanye produknya.
Mereka akan meninggalkan produk tersebut dan kalau tetap dipaksakan, bisa marah, memboikot atau bahkan membuat kampanye tandingan agar produk tersebut jangan sampai dibeli. Habis nyebelin sih.
Status di medsos tadi adalah bentuk penolakan dari rebranding yang terlalu dipaksakan. Reaksi yang lebih keras bisa seperti yang terjadi di Palembang. Saking terlalu memaksa membuat rebranding dan tidak paham bagaimana konsep dan tahapannya, mereka sampai melanggar rambu.
Kalau mereka mengaku NKRI, harusnya sangat tahu bahwa penghormatan terhadap kegiatan ibadah agama lain adalah salah satu bentuk tertinggi menjaga keutuhan NKRI. Jangan sampai hal itu dilanggar.
Jadi ketika ada adzan shalat Isya berkumandang jangan berisik, apalagi sampai meneriakkan kata …..huuuuuuuuu….
Sikap itu sungguh berbahaya. Apalagi ada yang merasakan teriakan kata …huuuu itu seperti lolongan serigala di tengah hutan di tengah malam. Walaupun agak berlebihan, yang namanya persepsi tidak bisa disalahkan.
Makanya tidak mengherankan, alih-alih mendapat simpati dan mengakui bahwa aksi seribu lilin di Palembang sebagai #AksiWongKitaGalo (aksi kita bersama), maknanya berubah menjadi #Aksiwongkitogilo (aksi orang gila).
Aksi itu kemudian menuai reaksi kemarahan tidak hanya dari kalangan umat Islam, para ulama, tokoh agama, gubernur, pejabat militer dan kepolisian dan elemen-elemen lain di Palembang dan seluruh Indonesia. Aksi itu sungguh berbahaya dan bisa menceraiberaikan keutuhan NKRI.
Oh iya sebelum diskusi kita lanjutkan, ngomong-ngomong paham dan ngerti tidak ya bahwa NKRI itu adalah singkatan dari NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
Indonesia adalah negara berpenduduk 260 juta jiwa (2016) terdiri dari ratusan suku dan agama. Kebetulan mayoritas beragama Islam. Secara kebetulan pula peran umat Islam melalui para ulama dan pejuang, andilnya paling besar (hmmm maaf kok jadi mulai ikut-ikutan main klaim) terhadap kemerdekaan RI.
Tidak mungkinlah umat Islam yang ikut mengorbankan jiwa raganya, yang darah dan air matanya membanjiri persada bumi pertiwi, yang ikhlas berjuang dalam mewujudkan kemerdekaan RI, tiba-tiba ingin memecah belah NKRI. Anda ke mana saja sih? Gaul dikit dong. Ikut gotong royong dong. Ikut rapat RT dong.
Kalau mau membuat langkah rebranding, meraih ceruk pasar yang lebih luas dan memenangkan persaingan, pemahaman tentang Indonesia harus betul-betul Anda kuasai.
Jangan asal main bikin proposal Aksi. Mulai dari #Aksiseribukaranganbunga, #Aksiseribulilin.
Berapa banyak lagi dana investor akan Anda habiskan untuk konsep produk yang tidak matang? Sebagai pebisnis, para investor juga punya hitung-hitungan.
Jika terus-terusan membuat proposal aksi yang gagal diimplementasi, Anda tidak akan lagi dipercaya. Anda tahu kan dalam bisnis, kepercayaan, dan kredibilitas paling utama.
Jadi jangan kaget bila tak lama lagi Anda akan ditinggalkan para investor. Mereka akan mengalihkan dukungan ke kelompok lain , dimana dana investasi mereka bisa tumbuh dengan aman.
#HmmmmberharapAndabenar2memahamimaknaNKRI.*
#BerharapAndabenar2mencintaiIndonesia.
MERDEKA!
*) Hersubeno Arief adalah wartawan senior yang kini menjadi Konsultan Media dan Politik
Advertisement