Gado-gado 'Bon Bin' Andalkan Resep Peninggalan Belanda
Penggemar kuliner nusantara tentu tidak asing dengan makanan yang namanya gado-gado. Meskipun ada yang belum pernah mencicipinya, setidaknya sudah mengenal dengan makanan yang terbuat dari sayuran rebus, irisan tahu, tempe, telur ditambah kerupuk serta kuah dari kacang tanah yang dihaluskan tersebut.
Untuk mencari gado-gado di Jakarta maupun di Surabaya tidak terlalu sulit. Sebab, makanan ini cukup populer dan mudah ditemukan. Tinggal pilih mau yang di warung pinggir jalan atau di tempat yang lebih keren, misalnya restoran atau kafe.
Jika sedang berwisata di Jakarta ingin menikmati gado-gado legendaris, pilihannya ada di gado-gado 'Bon Bin' Jalan Cikini IV Menteng. Gado-gado Bon Bin ini didirikan oleh suami istri, Wira Wijaya-Lanny Wijaya pada 1960. Nama Bon Bin cukup unik. Tetapi ini tak ada kaitannya dengan kebun binatang mana pun.
Nama Jalan Kebon Binatang berasal dari adanya kebun binatang di kawasan Taman Ismail Marzuki (TMI), yang akhirnya pindah ke Ragunan pada 1969. Lokasinya tidak memadai. Tetapi nama jalannya tetap diabadikan sebagai nama dari gado gadonya.
"Nama Bon Bin itu membawa hoki dan tidak akan diganti," kata Hadi kepada Ngopibareng.id, Kamis 9 Maret 2023.
Di usianya ke-63 tahun, gado-gado Bon Bin sudah memasuki generasi kedua. Namun, kuliner yang kini dikelola Hadi tersebut tetap eksis dan tak pernah sepi pembeli. Menurut Hadi, pelanggannya bisa menikmati gado-gado kapan saja, siang maupun malam.
Bermacam sayuran rebus yang disiram saus kacang dan kerupuk selalu memberikan kenikmatan tersendiri. Hadi menamakan kulinernya gado-gado siram. Resep masih asli Belanda.
Berbeda dengan bumbu gado-gado yang biasanya diulek menggunakan ulekan batu dan cobek lalu langsung diaduk bersamaan dengan sayuran. Bumbu gado-gado Bon Bin telah lebih dulu jadi dan hanya tinggal disiram ke atas sayuran yang sudah ditata.
“Perbedaannya di bumbu itu, kacang enggak digoreng, hanya disangrai. Lalu kulitnya dibuang dan kacang digiling. Setelah itu dimasak, ditumis sampai keluar minyak dan dicampur sama bumbu-bumbu lain,” ujar Hadi.
Cikal Bakal Gado-gado Bon Bin
Gado-gado Bon Bin berawal dari toko kelontong yang dimiliki kakek dan nenek Hadi di lokasi yang sama. Lantas usaha keluarga ini terus berkembang hingga jadi salah satu tempat gado-gado populer di Jakarta.
“Awal jual itu cendol dulu. Sebelumnya, kakek nenek jual sembako. Di dekat rumah saya ini ada Kantor Agama Jakarta Pusat. Kalau makan siang, pegawainya minta minuman dan ibu jadi bikin cendol,” kenang Hadi.
Tak lama setelah itu, para pegawai tersebut meminta agar ibu Hadi yang bernama Lanny itu untuk menyajikan makanan. Akhirnya Lanny pun menjual gado-gado siram khas Jakarta. Lanny pun mengembangkan bisnisnya dengan berjualan rujak buah dan asinan.
“Orang Jakarta kebanyakan tahu gado-gado diulek, mirip ketoprak, tapi sebenarnya ada gado-gado siram yang khas Jakarta. Dulu ibu saya bilang, gado-gado siram itu mahal, makanya dia waktu kecil tidak bisa jajan gado-gado,” ujar Hadi sambil tertawa.
Gado- gado siram ini menurut cerita ibunya sudah ada sejak zaman Belanda.
Tetap Ngangeni
Perbedaan pada racikan bumbu dan rasa ini yang membuat pelanggannya rindu. Harga gado-gado Bon Bin dengan lontong per porsinya Rp 44.000, sedang yang memakai nasi Rp 48.000, ditambah pajak 10 persen untuk setiap jenis pesanan.
Meskipun harganya cukup tinggi dibanding gado-gado ulekan pelanggannya tidak kapok, malah datang lagi. "Kalau dibilang mahal nggak juga sih, karena rasanya itu lho yang membuat orang tertarik," ujar seorang pelanggan.
Ia memuji cara pelayannya yang cepat dan sangat menghargai pelanggan. Beberapa pelanggan mengakui, gado-gado Bon Bin ngangenin karena rasanya dan cara meracik bumbunya berbeda.
"Tekstur kuahnya halus, agak cair seperti salat solo, rasanya sedap tidak ditemukan pada gado-gado yang lain," puji Santi.
Santi juga menyukai cendol yang menjadi cikal bakal gado-gado Bon Bin.
Tetap Melayani Pelanggan
Meskipun menjadi bos gado-gado Bon Bin, Hadi masih terlihat sibuk ikut melayani para pembeli yang ingin segera menikmat gado-gado legendaris tersebut. Pria kelahiran 1953 dibantu adiknya melayani pelanggan. Mereka meracik sendiri gado-gado dan menyajikannya pada pelanggan.
"Kami harus menjaga mutu, melayani pelanggan sebaik-baiknya, jangan sampai pulang membawa kecewa," kata Hadi.
Ia menyebut, Menpan RB sekaligus politikus PDIP, Tjahyo Kumolo semasa hidupnya menjadi pelanggan tetap gado-gado Bon Bin. Walaupun ia menjabat menteri tetap bersahaja. "Duduk bareng pelanggan lainnya," sambung Hadi.
Pelanggan yang tidak mau repot datang ke warungnya, bisa pesan secara online dalam kemasan khusus.
Gado-gado Surabaya
Umumnya, orang mengira bahwa gado-gado adalah kuliner khas Betawi. Faktanya, gado-gado juga ada khas Surabaya. Lantas, apa bedanya gado-gado Betawi dan gado-gado Surabaya?
Perbedaan signifikan ada di bumbu kacangnya. Kalau di gado-gado Surabaya di bumbu kacangnya dicampur santan. Di gado-gado betawi bumbu kacang tidak menggunakan santan hanya kacang biasa yang dicampur dengan terasi, gula jawa, dan air asam.
Penambahan santan dalam bumbu kacang ini berguna untuk memberi cita rasa yang berbeda. Santan dalam bumbu kacang akan membuat bumbu terasa lebih gurih pada gado-gado. Sementara untuk bahan-bahan lainnya yang digunakan tak berbeda sama sekali. Sedikit perbedaan lainnya juga terletak di proses penyajiannya.
Dalam gado-gado Surabaya, para penjual biasanya mencampur semua bahan bumbu kacang. Lalu bumbu cair ini kemudian disiramkan ke atas sayuran rebus dan kerupuk yang sudah ditata rapi, seperti gado-gado Jalan Rays Arjuna dan gado-gado jumbo Jalan Ngagel Jaya Tengah Surabaya banyak peminatnya.