G20 Forum Songsong Satu Abad NU, Hadirkan Paus Fransiskus
Pertemuan dan dialog pemimpin-pemimpin agama di dunia segera digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Forum yang menjadi bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Lahir (Harlah) Satu Abad NU.
"Forum ini dinamakan Religion 20 atau disingkat R20. Penamaan ini dipilih karena forum tersebut menjadi kegiatan pendukung G20 (Government20) yang saat ini dipimpin Indonesia," tutur Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.
"Forum ini akan dikaitkan dengan G20 Forum. Sudah ada persetujuan pemerintah, R20 akan menjadi salah satu side event dari rangkaian kegiatan G20 Forum," kata Gus Yahya saat Konferensi Pers Rapat Pleno PBNU dan Kick Off Peringatan Satu Harlah Satu Abad NU di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, awal pekan ini.
Gus Yahya menyebut, ada banyak pemimpin agama di dunia yang akan diundang, di antaranya Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus, Pemimpin Persekutuan Anglican Uskup Justin Portal Welby, dan Uskup Agung Konstantinopel Bartolomeus I.
PBNU juga akan mengundang Tokoh Spiritual India Sri Ravi Shangkar dan Pemimpin Kamboja Raja Norodom Sihamoni. Dari Islam, PBNU akan mengundang Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Syekh Muhammad bin Abdul Karim Al Isa dan Grand Syekh Al-Azhar Syekh Ahmad Al-Thayyeb.
Menurut Gus Yahya, kegiatan ini akan diselenggarakan antara akhir Oktober hingga pertengan November 2022 mendatang. Tanggal pastinya, katanya, masih dibicarakan dengan pemerintah dan para pemimpin agama dunia.
Sementara konsep kegiatan ini, lanjutnya, sudah rampung dibuat. Artinya, hanya tinggal eksekusi penyelenggaraannya. Gus Yahya menjelaskan bahwa kegiatan ini diselenggarakan karena selama ini agama masih ada yang memperalatnya sebagai sebuah masalah untuk tujuan dan kepentingan mereka.
"Konflik di sana-sini masih mengatasnamakan agama. Perlu jujur untuk mengatasi masalah," ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah.
Rangkai Acara Harlah ke-100 NU
Peringatan Hari Lahir Nahdlatul Ulama (NU) pada 16 Rajab 1444 H diperkirakan jatuh pada awal Februari 2023. Harlah ke-100 menjadi momentum era baru NU dalam era abad kedua ormas Islam terbesar di dunia.
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf meluncurkan rangkaian peringatan Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin 20 Juni 2022.
Hal ini ditandai dengan peluncuran logo Harlah Satu Abad NU. Kiai Miftach dan Gus Yahya didampingi Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, Sekretaris Jenderal PBNU H Saifullah Yusuf, Ketua Pengarah (Steering Committee) Pelaksana Peringatan Harlah Satu Abad NU H Erick Tohir dan Ketua Pelaksana (Organizing Committee) Hj Zannuba Arifah Chafshoh atau Yenny Wahid.
Logo tersebut menunjukkan angka satu berwarna hijau yang diselimuti angka dua berwarna emas. Angka satu berarti angka seratus tahun, sedangkan angka dua menunjukkan arti memasuki abad kedua. Bentuk pita yang membentuk angka dua itu melambangkan visi dan proyeksi NU untuk mendigdayakan NU dalam menjemput abad kedua.
Sementara warna emas mencerminkan optimisme dan visi dunia yang hendak diraih.
Sebelumnya, PBNU telah menunjuk Erick Tohir sebagai Ketua Pengarah dan Yenny Wahid sebagai Ketua Pelaksana Peringatan Harlah Satu Abad NU. Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan PBNU Nomor 66/A.II.04/06/2022 yang ditandatangani pada Senin 6 Juni 2022 oleh Rais Aam dan Katib Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dan KH Akhmad Said Asrori, serta Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan H Saifullah Yusuf.
Gus Yahya dalam Konferensi Pers menerangkan, bahwa hari ulang tahun NU yang resmi ditetapkan berdasarkan kalender Hijriah, yakni 16 Rajab. Hal ini sesuai dengan keputusan Muktamar Ke-32 NU di Makassar Tahun 2010, "NU dibentuk pada 16 Rajab 1344 H. Sekarang ini Dzulqa'dah 1443 H.
Kurang dari 2 bulan kita masuk 1444 H," katanya. "Insyaallah hari lahir NU 16 Rajab 1444 H akan jatuh pada awal Februari 2023 mendatang," lanjut kiai kelahiran Rembang pada 16 Februari 1966 itu.
Advertisement