FPRB Probolinggo Tanam 1.700 Bakau di Pantai Permata
Pengurus Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kota Probolinggo menanam sebanyak 1.700 tanaman bakau dan api-api di Pantai Permata, Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, Selasa, 1 Juni 2021. Sehari sebelumnya, Senin malam, 31 Mei 2021 forum beranggota beragam latar belakang seperti, pemerintah, LSM, pelaku ekonomi, bisnis, pers, dan masyarakat umum itu dikukuhkan.
Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulan Bencaba (BNPB), Eny Supartini yang ikut kegiatan konservasi di Pantai Permata memberikan apreasi kepada FPRB Kota Probolinggo. “Ketika tidak ada bencana, aksi penanaman mangrove ini merupakan merupakan mitigasi vegetasi,” katanya.
Eny berharap, reboisasi mangrove bisa direplikasi di tempat-tempat lain. “Sehingga Probolinggo menjadi hijau dan dampak bencana alam bisa dikurangi,” ujarnya.
FPRB Kota Probolinggo bisa dikatakan belum seumur jagung karena baru Senin malam, 31 Mei 2021 dikukuhkan di kantor Walikota Probolinggo. “Tadi malam dikukuhkan, pagi ini FPBR langsung beraksi ke Pantai Permata untuk menanam 1.700 tanaman mangrove,” kata Asisten Pemerintahan, Gogol Sudjarwo.
Mangrove sebanyak itu merupakan sumbangan dari Bank Jatim, PT Kutai Timber Indonesia (KTI), Indopherin Jaya, dan Pamolite Adhesive Industry (PAI).
Gogol menambahkan, bencana tidak pernah bisa ditolak, tetapi bisa diperkecil risikonya. Caranya, dengan menyiapkan langkah antisipatif dan mitigasi bencana. Kehadiran FPRB sendiri merujuk pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Sementara itu Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Probolinggo, Sugito Prasetyo mengatakan, FPRB berperan dalam memberikan sosialisasi untuk menghadapi bencana. “Ya minimal dapat menyelamatkan diri sendiri saat bencana datang,” katanya.
Forum beranggota dari multi sektor tersebut diharapkan aktif memberikan pendidikan kebencanaan kepada masyarakat. Tujuannya agar masyarakat semakin tangguh menghadapi bencana.
Terkait reboisasi hutan mangrove di Keluran Pilang, kata Sugito, dinilai sangat penting sebagai kawasan sabuk hijau pantai. Selain sebagai habitat beragam ikan, hutan mangrove juga menjadi pelindung kawasan pantai dari gelombang laut.
Pantai Permata dengan luasan sekitar 4 hektare dan didominasi vegetasi pantai seperti, cemara udang, bakau, api-api, hingga krokot laut terbentuk dari sedimentasi akibat lahar dingin dari Gunung Bromo. Pasca erupsi hebat pada 2010, Sungai Pilang yang berhulu di kawasan Gunung Bromo membawa jutaan meter kubik material abu vulkanik.
Endapan material lahar itu menimbun tambak, sawah, dan bibir pantai sehingga menjadi tanah oloran yang relatif luas di kawasan muara Sungai Pilang. Oleh masyarakat setempat, tanah oloran itu kemudian ditanami beragam tanaman dan kawasan itu diberi nama Pantai Permata.
Advertisement