Forum R20: Hak Minoritas Terpenuhi, Agama Tunjukkan Fungsi Solusi
Jangankan hak, minoritas kerap kali mengalami diskriminasi dan pengucilan dari mayoritas. Hal demikian terjadi di berbagai tempat dengan faktor yang begitu beragam, baik atas dasar etnis, suku, hingga agama.
Karenanya, Guru Besar Universitas San Diego Amerika Serikat Prof Ahmet T Kuru menegaskan, pemenuhan hak-hak bagi masyarakat minoritas merupakan satu hal yang dapat menjadi solusi bagi terwujudnya perdamaian dunia.
“Pemenuhan hak-hak minoritas benar-benar menjanjikan,” katanya saat menjadi pembicara pada sesi panel keempat Forum Agama G20 (Forum R20) di Hotel Grand Hyatt Nusa Dua, Bali, Kamis 3 November 2022.
Menurutnya, jika hal tersebut bisa dimainkan peranannya oleh agama, berarti agama dapat menunjukkan fungsinya sebagai solusi bagi problem umat manusia, bukan masalah.
“Ini arah sesungguhnya, agama berfungsi sebagai sumber solusi dan bukan sebagai masalah,” jelas akademisi yang berasal dari Turki itu.
Presentasi Tokoh Agama
Kuru melihat bahwa sebetulnya sudah ada upaya untuk mewujudkan hal tersebut, baik dari Yahudi, Islam, ataupun kelompok agama yang lain. Hal ini tampak dari presentasi dari setiap narasumber.
Seperti Rabbi Prof Alan Brill dari Amerika Serikat, Rabbi Prof Silvina Chemen dari Argentina, Uskup Matthew Hassan Kukah dari Nigeria, Elder Gary E Stevenson dari Amerika Serikat, KH Imam Addaruqutni dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, maupun KH Ulil Abshar Abdalla dari Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
“Panelis memberikan jawaban. Berani dan berwawasan tentang bagaimana mereformasi tradisi Yahudi, (Kristen) Mormon, dan Islam dalam memenuhi hak-hak minoritas,” ujarnya.
Oleh karena itu, Kuru menegaskan bahwa sikap umat manusia harus memenuhi landasan moral agama. Dengan begitu, ia meyakini diskriminasi dan pemenuhan hak kaum minoritas akan terwujud sehingga semua manusia, apa pun latar belakang agamanya itu setara dalam konteks sebagai warga negara.
“Sikap religius itu akan membantu kewarganegaraan yang setara,” pungkas pria yang mendapatkan gelar doktor dari Universitas Washington, Amerika Serikat itu.
Forum Dialog Agama Dunia
Seperti diketahui, Forum Religion of Twenty (R20) International Summit of Religious Leaders 2022, mengangkat tema “Revealing and Nurturing Religion as a Source of Global Solutions: A Global Movement for Shared Moral and Spiritual Values”.
R20 merupakan ruang bagi para pemimpin agama dan sekte dunia untuk membangun dialog dan menyampaikan gagasan terkait kontribusi agama untuk menciptakan solusi bagi permasalahan global.
Total negara negara yang terkonfirmasi hadir pada perhelatan R20 sebanyak 32 negara. Sebanyak 338 partisipan terkonfirmasi hadir, 124 berasal dari luar negeri. Forum tersebut menghadirkan 45 pembicara dari lima benua.
Forum R20 tahun ini, dengan Indonesia inisiator sekaligus tuan rumah, berfokus pada beberapa isu.
Pertama Historical Grievances (Kepedihan Sejarah), Pengungkapan Kebenaran, Rekonsiliasi, dan Pengampunan.
Kedua, Mengidentifikasi dan Merangkul Nilai-Nilai Mulia yang Bersumber dari Agama dan Peradaban Besar Dunia.
Ketiga, Rekontekstualisasi Ajaran Agama yang Usang dan Bermasalah.
Keempat, Mengidentifikasi Nilai-Nilai yang Dibutuhkan untuk Mengembangkan dan Menjamin Koeksistensi Damai.
Terakhir, Ekologi Spiritual.
Seperti diketahui, forum R20 akan diselenggarakan secara kontinu menyesuaikan dengan urutan presidensi G20, yakni di India pada 2023, di Brazil pada 2024, dan di Afrika Selatan pada 2025.