FORKASI Chapter Surabaya: Cegah Pelecehan Seksual ABK
Forkasi Chapter Surabaya atau yang dikenal dengan Forkasi Pahlawan, kembali menggelar seminar untuk pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK).
Tema yang diangkat adalah "Pencegahan Pelecehan Seksual pada Individu Special Needs", baik sebagai pelaku atau korban.
Pada individu neuro typical (normal), pelecehan seksual relatif lebih mudah dicegah dengan berbagai penyuluhan kepada anak-anak sejak kecil.
Hal yang berbeda dengan ABK yang memiliki berbagai kendala baik itu komunikasi, logika maupun perilaku. Membutuhkan sebuah keahlian dan strategi khusus bagi para orangtua, guru atau pemerhati pendidikan khusus agar dapat menjelaskan dan mengajarkan masalah pelecehan seksual kepada individu berkebutuhan khusus tersebut.
Seminar ini akan digelar pada Sabtu, 2 November 2019 pukul 08.00-14.00 WIB. Lokasi acara di Aula BJTI (Berlian Jasa Terminal Indonesia) Jl. Perak Barat No. 379, Surabaya.
Acara yang akan dipandu oleh Reni Anggraini sebagai host dan moderator ini, menghadirkan tiga pembicara utama yang sudah lama berkecimpung di dunia Pendidikan Khusus. Yakni Bonnie Dewayanti, Riska Timothy, dan Rosita Simin.
Bonnie Dewayanti adalah orangtua dari penyandang autisme yang sukses mengantarkan putranya masuk ke jenjang universitas). Ia akan menyampaikan materi tentang "Pendidikan Seksualitas pada Penyandang Autisme".
Riska Timothy, praktisi ABK pemilik Rumah Terang Terapi ini akan menyampaikan materi tentang "Pencegahan Pelecehan Seksual pada Individu Special Needs".
Sedangkan Rosita Simin selaku pemegang lisensi Boardmaker Tobii Dynavox, yaitu software symbol gambar yang digunakan sebagai komunikasi augmentatif dan alternative untuk Individu Special Needs ini akan menyampaikan tema "Puberty Reading Comprehension with Symbol Supported".
Seminar ini tidak hanya berusaha mencegah para ABK mengalami pelecehan seksual. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana mencegah mereka menjadi pelaku dari pelecehan seksual tersebut.
ABK juga memiliki nafsu seksual yang sama seperti individu normal. Bedanya, orang normal paham bagaimana harus mengendalikan nafsunya. Sebaliknya, Individu Special Needs seringkali mereka tidak teredukasi dengan baik atau tidak tahu cara mengendalikan nafsu seksual tersebut. Hal ini bisa menimbulkan efek yang sangat negatif salah satunya adalah menjadi pelaku pelecehan seksual.
Forkasi Chapter Surabaya berharap para peserta seminar ini mereka dapat mendidik Individu Special Needs menjadi individu yang sehat baik fisik maupun psikologisnya. Sehingga akan semakin tercipta lingkungan yang ramah, kondusif dan inklusif bagi semua anak berkebutuhan khusus.