Fomepizole, Obat Gagal Ginjal Akut Anak Rp16 Juta per Vial
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memesan obat fomepizole dari Singapura dan Australia. Obat antidotum (penangkal racun) ini disebut sebagai obat penawar gangguan ginjal akut pada anak yang terjadi akhir-akhir ini.
"Obatnya, kita sudah ada dari Singapura,” kata Menkes Budi dalam Konferensi Pers Update Gangguan Ginjal Akut Anak di Indonesia di Gedung Kementerian Kesehatan.
Menkes berencana membeli fomepizole sebanyak 200 vial untuk. Harga satu vial berkisar Rp16 juta. "Saya sudah kontak teman saya, Menteri Kesehatan Singapura dan Australia. Kita mau bawa 200 vial dulu. Satu vial untuk injeksi satu pasien," jelasnya.
Obat fomepizole ini sudah diberikan kepada 10 orang pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr Cipto Mangunkusumo atau RSCM, pada Selasa 18 Oktober 2022. Reaksinya memperlihatkan hasil yang positif dari para pasien tersebut.
Penangkal Racun
Fomepizole merupakan obat antidotum yang digunakan pada kasus keracunan senyawa antibeku (etilen glikol) dan metanol, zat yang terkandung pada pelarut, bensin, dan senyawa otomotif atau rumah tangga lainnya.
Selain itu, fomepizole juga digunakan bersamaan dengan prosedur cuci darah (hemodialisis) untuk mengeluarkan racun dari tubuh. Fomepizole bekerja dengan menghambat alkohol dehidrogenase, enzim dalam tubuh yang dapat memetabolisme etilen glikol dan metanol sehingga menjadi bentuk yang beracun.
Cara Pemberian Fomepizole
Fomepizole akan diberikan secara injeksi melalui akses intravena. Prosedur ini akan dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Selama menjalani prosedur, pasien akan diberikan obat-obatan lain atau cairan intravena sebagai bagian dari terapi.
Selain itu, pemantauan ketat akan dilakukan terhadap pernapasan, tekanan darah, kadar oksigen, fungsi ginjal, dan tanda-tanda vital lainnya.
Pasien juga akan melakukan pemeriksaan urine dan darah secara rutin ketika mendapatkan terapi ini. Sebuah alat bernama elektrokardiografi (EKG) dipasangkan untuk memantau fungsi jantung.
Pengawasan lainnya yang akan dilakukan adalah efek dari keracunan, seperti gangguan pada penglihatan, masalah pernapasan, atau perubahan dalam berkemih.
Frekuensi pemberian ditingkatkan menjadi setiap 4 jam selama menjalani cuci darah. Dosis yang diberikan sebelum atau sesudah cuci darah ditentukan berdasarkan dosis terakhir yang diberikan atau durasi cuci darah.
Kasus Gagal Ginjal Akut
Sejauh ini sudah ada 241 pasien gagal ginjal akut. Dari jumlah tersebut, 133 di antaranya meninggal dunia. Menkes Budi Gunadi mengatakan, gagal ginjal akut diduga disebabkan oleh obat sirup yang mengandung polietelin glikol. Kandungan itu bisa menimbulkan senyawa berbahaya seperti etilen glikol (EG) dan Dietlien Glikol (DEG).