Fokus Pilpres, Banyak Surat Suara Pileg Yang Tidak Dicoblos
Kekhawatiran Pemilu Legislatif kurang diminati kalau digelar bersamaan dengan Pilpres, terbukti. Pemilih lebih fokus pada Pilpres daripada memilih calon anggota legislatif. Ini dibuktikan dengan banyaknya surat suara yang tidak dicoblos dan dinyatakan tidak sah karena asal dicoblos tanpa mengikuti kaidah.
Masyarakat langsung meninggalkan TPS setelah penghitungan surat Pilpres selesai, sehingga penghitungan suara pileg hanya dihadiri petugas KPPS.
Di setiap TPS hanya terdapat 3 saksi, sedang Pemilu 2019 ini diikuti 16 partai politik. Saksi saksi itu pun banyak yang meninggalkan TPS sebelum penghitugan surat suara selesai.
Pemilih yang ditemui ngopibareng.id di beberapa TPS menyampaikan pernyataan yang hampir sama. Mereka mengatakan, Pemilu legislatif dan pilpres yang digelar berbarengan, Rabu 17 April 2019, dinilai membingungkan lantaran surat suara terlalu banyak. Di DKI Jakarta, pemilih memproleh empat lembar surat suara untuk Capres, DPR RI, DPRD Provinsi dan DPD. Di DKI tidak ada DPRD kabupaten/kota.
Sedangkan Pemilih di daerah lain ditambah satu surat suara lagi untuk DPRD II kabupaten / kota, sehingga menjadi lima surat suara.
Nyonya Sianturi yang ditemui di TPS 077 Kebun Jakarta Barat, mengaku bingung karena kebanyakan surat suara. "Ah buat apa pusing-pusing, saya coblos capres saja, gampang tinggal pilih nomor 01 atau 02. Yang caleg-caleg itu tidak saya kenal," kata Sianturi.
Hermin anggota TPS 012 Tanah Abang, Jakarta Pusat, mengakui Pileg kurang diminati pemilih. Lebih dari 75 persen suarat suara untuk pileg di TPS dinyatakan tidak sah. Ada yang tidak dicoblos, ada yang langsung dicoblos tanpa dibuka dulu, sehingga tembus di beberapa kolom partai dan nama caleg. "Faktanya begitu. Saya sebagai ketua KPPS saja masih bingung, apalagi masyarakat awam dan lansia, tambah bingung," katanya.
Kalau sistem ini tetap dipertahankan, Pemilu 2024 pemilih akan mencoblos tujuh surat suara, tambahan dua surat suara itu untuk pemilihan kepala daerah tingkat I dan tingkat II yang juga akan digelar serentak dengan Pilpres, pileg.
Sebelumnya Wakil Presiden Jusuf Kalla, juga mengakui Pemilu serentak 2019, merupakan Pemilu yang unik dan paling rumit di dunia.
"Kedepannya harus dipertimbangkan apakah Pemilu model seperti ini tetap dipertahankan," tanya Jusuf Kalla. (asm)
Advertisement