Flu Babi Afrika Menyerang NTT
Ribuan babi milik warga di dua kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dilaporkan mati usai diserang flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Peternakan NTT, Johanna Lisapaly menyebut, flu babi Afrika kembali muncul di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata sejak Januari lalu.
"Sejak Januari sudah dilakukan, kami minta kabupaten tetangga melakukan edukasi masif. Pencegahan dengan menyemprot dan membersihkan kandang," ujar Johanna, Kamis 11 Februari 2021.
Menurut Johanna, kasus babi mati terbanyak terjadi di Kabupaten Lembata mencapai ribuan, sedangkan di Flores Timur jumlahnya mencapai sekitar 600. "Flu babi Afrika kembali muncul di Flores Timur dan Lembata setelah sempat hilang pada akhir 2020," ungkapnya.
Indikasi klinis babi terserang virus ASF adalah demam dengan suhu di atas 40 derajat celsius, babi muntah, dan alami diare. Yang khas sekali adalah warna kulit berubah menjadi merah keunguan. Jika babi mengalami gejala klinis seperti itu, bisa dipastikan terkena ASF.
Tak Menulari Manusia
Johanna memastikan flu babi Afrika tak akan menginfeksi manusia, termasuk hewan lain. Meski tak berbahaya untuk dikonsumsi, ia mengimbau warga tak memakan atau mengonsumsi babi yang mati karena flu babi Afrika.
"Saya sudah antisipasi, supaya dibersihkan, kandangnya harus bersih. Makanan juga tidak sembarangan. Mencuci juga pakai air kali, itu kan enggak boleh, karena kan kali bisa aja tercemar," katanya.
Menurut Johanna, flu babi Afrika kali pertama memasuki NTT pada 2019 dari Dili, Timor Leste dan masuk lewat perbatasan. Sejak saat itu, kata Johanna, flu babi Afrika telah menyebar ke seluruh kabupaten kota di NTT.
"Dari total 2 juta populasi babi di NTT, virus itu telah menewaskan puluhan ribu babi. Jumlah itu dari September dan masuk di September 2019, terjangkit di 2020," katanya.
Menurut Johanna, flu babi adalah virus yang bersumber dari beberapa produk makanan kemasan manusia. Dalam sejumlah kasus, warga kerap membuang bekas makanan dan dimakan oleh babi.
"Diduga kemunculan virus tersebut karena perubahan musim," imbuhnya.