FKDT Kota Kediri Gelar Seminar Bertema 'Peran Aktif Pendidikan Diniyyah di Era Globalisasi'
Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kota Kediri menggelar kegiatan acara Seminar Pendidikan Diniyah. Seminar yang dilaksanakan di ruang Joyoboyo Pemkot Kediri tersebut mengangkat tema tentang ‘Peran Aktif Pendidikan Diniyah di Era Globalisasi’.
Kegiatan ini diadakan dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional. Sekretaris DPC FKDT Kota Kediri Fahrur Rozy mengatakan, tujuan pertama dari kegiatan ini adalah memperkuat tali silaturahmi.
"Kemudian yang kedua untuk meningkatkan kapasitas para guru kepala Madrasah, pengetahuannya tentang pendidikan keagamaan," terangnya, Selasa 5 November 2024.
Menurutnya, pendidikan keagamaan selama ini ternyata menjadi tolok ukur benteng terakhir bagi anak muda generasi penerus bangsa.
"Alhamdulillah di Kota Kediri sudah ada Madrasah Diniyah, TPQ, Majelis Ta’lim. Tetapi saat ini mengalami kendala, dengan adanya lima hari sekolah hingga pulangnya terlalu sore,” ujar Fahrur Rozy.
Tadi sudah dibicarakan oleh peserta, kita kompak insya Allah hasil dari seminar ini akan kita sampaikan secara tertulis kepada pihak terkait. Nanti kita tindak lanjuti terus dengan stakeholder yang datang sore hari ini," pungkasnya.
Kegiatan acara Seminar Pendidikan Diniyah diikuti 80 peserta dari para guru Madrasah Diniyah, 5 pengurus FKPG, 5 pengurus Majelis Taklim, IPNU, IPP, Anshor serta Fatayat. Turut mengundang Dinas Pendidikan Kota Kediri, Kemenag Kota Kediri dan juga Kesra.
Dalam acara tersebut turut hadir KH Adibussoleh Anwar Pimpinan Ponpes Lirboyo Kediri yang didaulat sebagai pembicara. KH Adibussoleh Anwar menganggap bahwa pendidikan karakter sangatlah penting.
"Pendidikan karakter tidak cukup hanya teori atau materi tetapi harus diajarkan dan diteladankan. Yang bisa itu para guru madin tadi. Karena karakter itu harus dibiasakan dilingkungan yang terbiasa menjalankan karakter tata krama, " paparnya.
"Maka kita berharap nanti Madrasah Diniyah mampu menjalankan peran yang dalam mendidik siswa siswi dari segi keagamaan. Kalau cuman mengandalkan pendidikan keagamaan di sekolah formal, panjenengan tahu sendiri, masih kurang jauh dari harapan. Hanya saja terbentur regulasi full day school. Ketika anak itu pulang jam 3 sore tinggal capeknya. Ini keprihatinan kita bersama,” ungkapnya.
Advertisement