Five Days of War, Pembingkaian Hollywood terhadap Rusia
Five Days of War, sebuah film yang dirilis pada tahun 2011, bukan sekadar sebuah karya sinematografi. Ia adalah manifestasi dari bagaimana Hollywood membingkai karakter dan narasi tentang Rusia dan konflik Georgia Selatan.
Menggunakan latar belakang Perang Lima Hari, film ini menciptakan gambaran dramatis yang tidak hanya menghibur tetapi juga menyampaikan pesan politik yang mendalam.
Dari awal film, penonton dibawa masuk ke dalam realitas yang penuh ketegangan. Melalui lensa kamera, Rusia sering kali digambarkan sebagai kekuatan agresor yang memperlihatkan kebrutalan dan ketidak manusiawian.
Karakter-karakter Rusia dalam film ini tidak diberi banyak kedalaman; mereka lebih sering menjadi simbol musuh yang harus dikalahkan oleh pahlawan protagonist, yakni tentara Georgia dan jurnalis asing.
Dalam hal ini, Five Days of War mengandalkan stereotip untuk membentuk persepsi penonton.
Representasi Rusia yang didominasi oleh kejahatan dan politik kekerasan menjadi alat yang ampuh dalam framing. Penonton diajak untuk menyaksikan aksi heroik para pahlawan yang berjuang melawan tirani dan agresi, sementara sisi kemanusiaan dari orang-orang Rusia diabaikan. Hal ini menciptakan kesenjangan besar dalam narasi, di mana satu pihak menjadi pahlawan dan pihak lainnya terjebak dalam citra jahat.
Framing Hollywood ini tidak hanya berdampak pada pandangan individu terhadap Rusia, tetapi juga "membentuk opini publik" secara luas. Ketika film ini dirilis, ketegangan internasional semakin meningkat, dan citra negatif Rusia dalam film tersebut mampu menambah bobot pada retorika politik yang ada.
Melalui media, konflik dinyatakan lebih sederhana, di mana "moralitas menjadi hitam-putih", dengan tegas mengkategorikan "kami" melawan "mereka."
Penting untuk menyadari bahwa sinema berperan sebagai alat untuk menciptakan dan memperkuat narasi. Dengan memilih untuk fokus pada emosi tragedi kemanusiaan di pihak Georgia, Five Days of War berhasil menarik simpati penonton dan memperburuk stereotip terhadap Rusia.
Film ini bukan hanya sebuah karya seni; ia tampil juga sebagai alat propaganda yang menciptakan realitas baru bagi penontonnya. Inilah kekuatan Hollywood dalam membingkai narasi global—sebuah refleksi, tetapi juga membangun persepsi yang tak terelakkan. (Muhammad Syamsudin)