FISIP Unair Edukasi Kader Posyandu Sidoarjo Tumbuh Kembang ABK
Departemen Sosiologi Universitas Airlangga bekerja sama dengan Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus (YPKABK) menggelar pelatihan kepada kader posyandu Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, untuk mengenali tanda-tanda kelainan tumbuh kembang pada anak, yang bisa mengarah ke disabilitas.
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian program Pengabdian Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair. Ketua Panitia Pengabdian Masyarakat Departemen Sosiologi Unair, Tuti Budi Rahayu menyampaikan, kegiatan tersebut bertujuan melibatkan semua anggota masyarakat dari berbagai macam latar belakang, termasuk disabilitas dalam kegiatan yang mendorong kemajuan bersama.
“Anak berkebutuhan khusus sebenarnya bisa diketahui sejak dini, dengan cara memantau tumbuh kembangnya. Selama ini masyarakat banyak yang belum paham hal itu, tahunya si anak tersebut sudah ABK lalu disembunyikan oleh keluarganya,” ucap Tuti kepada Ngopibareng.id, Sabtu 31 Agustus 2024.
Tuti melanjutkan, selama ini warga atau kader posyandu hanya menangani anak-anak yang reguler saja, padahal mereka juga butuh edukasi mengenai anak-anak disabilitas. Bagaimana mereka mengetahui dan menangani jika ada kendala tumbuh kembang anak-anak yang mengarah ke disabilitas. “Jadi Para kader bisa menjadi sahabat bagi para orang tua yang mempunyai anak disabilitas,” imbuhnya.
“Mereka tahunnya ada anak yang sulit berinteraksi, tapi kita tidak langsung menjudge bahwa anak tersebut ABK tapi melihat perkembangan anak, inilah pentingnya kader posyandu untuk memantau tumbuh kembang anak, apakah ada kendala atau tidak,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua YPKABK, Sawitri mengatakan, pihaknya ingin mewujudkan desa Dukuh Tengah menjadi desa kreatif dan ramah inklusi, sehingga bisa menjadi percontohan bahwa masyarakat inklusi bisa maju bersama.
“Kita awali dari ABK-nya, gimana caranya kader-kader di sini memahami adanya tanda-tanda disabilitas sejak usia dini. Kita latih mereka dari awal tumbuh kembang, cara pendekatan ke orang tua, termasuk menentukan pendidikan bagi ABK,” katanya.
Sawitri berharap, melalui program tersebut bisa mengajak semua aspek termasuk pemerintah setempat agar mendukung kegiatan desa kreatif inklusif agar bisa maju bersama tanpa harus meninggalkan masyarakat inklusi.
“Harapannya semoga desa kreatif inklusif bisa segera terwujud, dan maju bersama tanpa harus meninggalkan masyarakat inklusi,” tutupnya.
Advertisement