Kemendikbud Gelar Rakor Perfilman Nasional
Mitos masyarakat bahwa baik buruknya suatu film ditentukan oleh nama besar pemain atau bintangnya, sudah mulai tergantikan oleh kesadaran bahwa baik buruk suatu film tergantung alur ceritanya serta penghayatan para pemain terhadap tokoh yang diperankan.
Akhir-akhir ini beberapa film nasional yang memperoleh penghargaan di luar negeri justru film yang menampilkan pemeran yang tidak memiliki nama besar.
Hal ini disampaikan Kepala Pusat Pengembangan Perfilman (Kapusbangfilm) Kemendikbud, Maman Wijaya, setelah membuka Rapat Koordinasi Pengembangan Perfilman Tahun 2019, di Bogor, Kamis, 14 Maret 2019.
Menurut Maman, mitos itu profuksi film di daerah belum bisa berkembang. Padahal di daerah kaya akan kearifan lokal yang bisa difilmkan.
"Di Jatim ada cerita tentang Kendedes yang jadi rebutan di Kerajaan Singosari. Di Banyuwangi, juga banyak cerita rakyat yang layak diangkat ke layar lebar," kata Maman.
Untuk itu, Maman mengajak para peserta rapat koordinasi untuk saling bertukar pikiran guna menambah pengetahuan yang nantinya dapat diimplementasikan di daerah.
"Terkadang kita merasa daerah kita paling bagus dalam pengembangan perfilman, padahal daerah lain masih lebih bagus lagi. Di sini saatnya kita dapat saling berbagi ilmu dan pengalaman dalam pengembangan perfilman," katanya.
"Setelah penyelenggaraan rakor ini saya berharap pelayanan dalam pengembangan perfilman bisa cepat dan tidak rumit, sehingga dapat meningkatkan produksi film nasional. Tahun 2018 sudah terdapat 148 produksi film yang beredar," kata Maman.
Tidak hanya jumlah produksi film yang meningkat setiap tahunnya, tetapi jumlah penonton selama 5 tahun terakhir juga semakin meningkat.
"Dari 32 juta penonton pada tahun 2017. Pada tahun 2018 meningkat sekitar 48 juta penonton," kata Maman.
Maman berharap melalui rapat koordinasi pengembangan perfilman ini dapat meningkatkan sinergitas program dan pembinaan perfilman antara Kemendikbud dengan pemangku kepentingan perfilman.
Kemudian meningkatkan kualitas perfilman yang berdaya saing dan memiliki konten nilai-nilai budaya dan kearifan lokal serta pembangunan karakter bangsa. Serta meningkatkan kualitas layanan perizinan kegiatan dan usaha perfilman.
"Film harus menjadi media inspiratif dan media literasi, sehingga program pembelajaran menjadi lebih efektif. Dengan itu, diharapkan banyak guru dan siswa yang memiliki kreativitas dan kemampuan untuk memanfaatkan film sebagai sarana mewujudkan prestasi," kata Maman.
Sementara itu, Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Kapustekkom), Kemendikbud, Gogot Suharwoto, mengatakan Pustekkom telah memproduksi sebanyak 12 film sejak tahun 2012 hingga 2018.
"Tahun 2018 Pustekkom memproduksi dua film yakni film ‘Aku dan Hari Esok’, dan film ‘Langkah yang Tersisa’. Kami siap bekerjasama dengan insan perfilman," katanya.
Rapat Koordinasi Pengembangan Perfilman Tahun 2019, dibuka oleh bintang film kawakan yang menjadi langganan piala Citra di masanya, yakni Ninik L Karim. (asm).
Advertisement