Film Sexy Killers Mengampanyekan Golput?
Film Sexy Killers sedang ramai diperbincangkan. Dua hari diunggah di Youtube, sudah ditonton lebih dari 5 juta kali. Yang menjadi perdebatan, ada anggapan kalau film ini menggiring opini publik untuk golput pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Pasalnya, film garapan Watchdoc tersebut membahas tentang oligarki perusahaan tambang batu bara yang dimiliki oleh segelintir orang.
Nama-nama segelintir orang tersebut berkaitan erat dengan dua kubu yang sedang memperebutkan kursi kepresidenan. Baik itu dari kubu pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin maupun pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Karenanya, di beberapa tempat Sexy Killers sempat dilarang untuk diputar. Seperti yang terjadi Indramayu pada Kamis, 11 April 2019 pemutaran film Sexy Killers dihentikan oleh Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu).
Arief Fiyanto salah seorang produser dari film tersebut menceritakan kalau pembatalan pemutaran Sexy Killers juga sempat terjadi di Universitas Gajah Mada (UGM) dengan alasan tidak kondusif.
Terkait tuduhan bahwa film garapan WatchDoc ini menggiring opini masyarakat agar golput, Arief menampiknya. “Ini salah kaprah, tidak ada sama sekali niat kita ketika mendiskusikan gagasan produksi film ini mengajak orang untuk golput,” ujar Arief saat ditanyai pada Senin, 15 April 2019.
Arief mengatakan jika Sexy Killers hanya memaparkan seluruh fakta yang ada secara objektif dan lugas. Fakta yang dimaksud yakni kedua kandidat memiliki kepentingan terutama di bidang energi pembangkit listrik dari batu bara.
Seperti yang digambarkan dalam film, di mana setiap ada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dapat dipastikan banyak merugikan warga sekitar dan kelestarian lingkungan.
“Film ini tentang energi bersih, keadilan agraria, dan tentang oligarki. Bagaimana kandidat yang berkonstelasi dalam ranah elektoral ini sebenarnya punya jejak hitam,” terangnya.
Selain itu, pembuatan film ini sudah diinisiasi sejak lama oleh Direktur WatchDoc, Dandhy Laksono, yaitu tahun 2018 sebagai bagian dari Ekspedisi Indonesia Biru. Secara teknis, Arief juga menjelaskan bahwa film ini baru selesai secara keseluruhan pada tanggal 5 April 2019.
Soal pilpres, Arief mengatakan, “Siapapun nantinya yang menang, patut kita jaga. Kita harus menjaga nurani kita.” Bagi pria yang juga pernah aktif di Greenpeace Indonesia ini, Film Sexy Killers sebagai tantangan agar kedua kandidat berpihak pada rakyat, bukan hanya pada korporat.
Meski Arief sendiri mengaku golput, dia tetap menegaskan bahwa tujuan film ini tidak untuk mengajak orang golput. Dia hanya berharap jika semakin banyak yang menonton film Sexy Killers semakin banyak pula yang tersadarkan dan ikut berjuang. (fjr)