Film Pendekar Tongkat Emas, Sukses Ditayangkan di Belanda
Dua film Indonesia, Pendekar Tongkat Emas dan Laskar Pelangi ditayangkan dalam Festival Film ASEAN (AFF) di gedung bioskop Kinepolis di Utrecht, Belanda selama tiga hari, sejak Jumat 8 Desember kemarin. Kedua film tersebut menampilkan gambaran dan budaya Indonesia, sekaligus menjadi media promosi pariwisata Indonesia khususnya di Sumba (NTB) melalui film Pendekar Tongkat Emas dan Bangka Belitung yang menjadi lokasi film Laskar Pelangi.
Hal tersebut disampaikan Minister Counsellor Fungsi Pensosbud KBRI Denhaag Renata Siagian kepada Antara London, Minggu 10 Desember 2017. Festival Film ASEAN diselenggarakan KBRI di Den Haag, bekerjasama dengan kedutaaan besar negara ASEAN yang ada di Belanda dalam rangka perayaan 50 Tahun ASEAN.
Dubes Indonesia untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja mengatakan film merupakan media komunikasi untuk menyampaikan pesan melalui hiburan. "Melalui film, diharapkan masyarakat di Belanda lebih mengerti nilai-nilai dan budaya di berbagai negara ASEAN," ujarnya.
Selain Indonesia, Filipina menampilkan dua film unggulannya, K`na the Dreamweaver (2014) dan Across the Crescent Moon(2017), Malaysia menampilkan film Cun (2011) dan Kanang Anak Langkau The Iban Warrior (2017).
Sedangkan Thailand menampilkan film Khid Thueng Withaya/ The Teacher`s Diary (2014) dan Dao khanong/ By the Time It Gets Dark (2016), serta Vietnam film Tam Cam: Chuyen Chua Ke/ Tam Cam: The Untold Story (2016) dan Ti thay hoa vng trn co xanh/ Yellow Flowers on the Green Grass (2015).
Penonton menyambut baik penyelenggaraan AFF, yang baru pertama kali digelar di Belanda dan berharap akan ada lanjutannya pada tahun mendatang. "Saya menunggu festival seperti ini tahun depan," kata Irshyad, pemuda Maroko yang kuliah di Rotterdam Business School.
"Semoga tahun depan lebih banyak ditampilkan film-film terbaik ASEAN," katanya.
Irshyad sangat terkesan menyaksikan film Laskar Pelangi malam itu. "Filmnya sangat bagus. Tokoh guru dalam film ini menunjukkan kegigihan dan sikap pantang menyerah," ujarnya.
Dia mengaku melalui penyelenggaraan festival itu dirinya mendapat pengetahuan lebih baik mengenai budaya ASEAN, khususnya Indonesia.
Hal senada diungkapkan Grace, wanita Filipina yang tinggal di Utrecht.
"Melalui film ini, saya bisa melihat apa yang terjadi di Indonesia, melihat muslim di Indonesia," katanya.
Grace berharap tahun depan ada lagi acara seperti ini dan lebih banyak lagi orang Belanda menyaksikan film dari ASEAN. (nta)