Film Orpa, Perjuangan Gadis Papua Sekolah dan Tolak Kawin Paksa
Film Orpa adalah buah karya dari Sayembara Jendela Papua. Film Orpa kemudian diproduksi oleh Qun Films & Studio yang berbasis di Jakarta. Film ini ditulis sekaligus disutradarai Theogracia Rumansara.
Orpa adalah debut pertama bagi Theo sebagai sutradara. Ia berharap, karyanya ini dapat membuka mata masyarakat Papua tentang pentingnya pendidikan untuk masa depan.
Film ini dibintangi oleh anak-anak Papua, yaitu Orsila Murib, Arnold Kobogau, Otiana Murib serta aktor Michael Kho dari Jakarta. Sementara para produsernya adalah Axel Putra, Dani Huda, Giovanni Rahmadeva, Cornelio Sunny dan Ismail Basbeth.
Festival Film Internasional
Sebelum naik ke layar lebar Indonesia secara resmi, Film Orpa sudah melanglang buana ke berbagai festival film internasional. Di antaranya Jogja-Netpac Asian Film Festival 2022, di mana Orsila Munib memenangkan penghargaan Best Performance dalam ajang Indonesian Screen Awards.
Selain itu, Film Orpa juga tayang pada CinemAsia Film Festival 2023, Zabaikalsky International Film Festival 2023, Bali International Film Awards (Balinela) ke-16, di mana penghargaan American-Indonesian Educational Foundation (AIECEF) Award diraih oleh Film Orpa, dan Middlebury New Filmmakers Festival di Middlebury, Vermont, Amerika Utara.
Festival Middlebury mengundang para sineas yang baru pertama atau kedua kalinya memproduksi feature film. Tahun ini, 125 film terpilih dari 510 film yang mendaftarkan diri.
Film Orpa juga sudah pernah melakukan private screening. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga ke mancanegara, seperti Amsterdam dan Rotterdam, Belanda. Pada Mei 2023, film Orpa memulai pertunjukan keliling (road show) di beberapa kota di Indonesia. Road show dimulai dari Jayapura yang disebut 'kampung halaman' bagi kru film Orpa, dan berakhir di Bali dan Bandung pada 25 Agustus 2023.
Sinopsis Film Orpa
Film Orpa diambil dari nama tokoh utamanya. Orpa juga diambil dari singkatan Orang Papua (Orpa). Orpa (Orsila Murib) adalah anak perempuan yang hidup di tengah kentalnya budaya patriarki di tanah Papua.
Seperti anak perempuan lainnya, Orpa dipaksa ayahnya (Arnold Kobogau) untuk menikah dengan seorang kaya dari Jayapura. Namun, Orpa menolak itu. Orpa menolak stigma pernikahan dini di Papua. Gadis 16 tahun itu bermimpi untuk belajar setinggi-tingginya. Secara khusus, Orpa ingin belajar tentang efek medis tanaman endemik Papua.
Salah satu kutipan pada film ini yang menjadi sorotan adalah bahwa terdapat banyak pilihan dalam hidup. Di sini, Orpa dihadapkan pada dua pilihan, tetap tinggal dan menuruti kata orang tuanya untuk menikah,atau pergi mengejar mimpinya.
Pada suatu malam, Orpa memilih untuk mengejar mimpinya. Orpa kabur dari rumahnya dan menuju ke Wamena demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik.Dalam perjalanannya menuju Wamena, Orpa bertemu seorang musisi dari Jakarta yang ingin mencari suara-suara alam Papua untuk mengisi lagunya. Musisi tersebut bernama Ryan (Michael Kho).
Bersama-sama, keduanya berjalan menembus hutan dan menghadapi berbagai macam rintangan. Salah satunya adalah kejaran ayah Orpa dan masyarakat setempat. Mereka menuduh Ryan kabur dari kasus pembunuhan.
Advertisement