Film Jejak Langkah, Perjuangan Kiai Dahlan dan Kiai Hasyim
Ketua Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) PP Muhammadiyah Sukriyanto AR, mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang merilis pembuatan film Jejak Langkah 2 Ulama Kiai Ahmad Dahlan dan Kiai Hasyim Asy’ari.
Produksi film ini, menurutnya, berangkat dari kondisi bangsa Indonesia dari banyaknya kekerasan, bom, terorisme hingga cacian dan berbagai persoalan sering mengatasnamakan Islam.
“Dari situlah renungan awal munculnya gagasan film ini. Kita ingin menghadirkan Islam dengan baik sebagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW yang menyerukan perdamaian Islam yang RahmatanLil Alamin. Bahkan saat bicara saja Nabi dengan cara baik dan sabar,” kata Sukriyanto AR, dikutip Kamis, 25 Juli 2019.
Film yang rencana digarap pada Agustus 2019, kata Sukriyanto, erat kaitannya dengan sejarah dua ormas yang selama ini berkiprah untuk bangsa Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).
“Nah, kedua ormas ini didirikan oleh kedua tokoh yang pernah belajar dari guru yang sama, yakni Kiai Sholeh Darat. Walaupun tidak bareng tahunnya, selesih sekitar empat tahun yang kemudian sama-sama belajar di Bangkalan,” kata Sukriyanto AR, yang sebelumnya mengadakanKonferensi Pers di PP Muhammadiyah, Yogyakarta.
Film ini merupakan film ke-3 LSBO PP Muhammadiyah setelah sebelumnya sukses membuat film Meniti 20 Hari, kisah perjalanan AR Fachruddin dan 9 Putri Sejati tentang kebangkitan kaum Perempuan Aisyiyah.
Film Jejak Langkah 2 Ulama ini kata Sukriyanto AR, ditargetkan bukan hanya untuk masyarakat perkotaan tetapi juga masyarakat pinggiran yang tidak bisa mengakses bioskop.
“Maka dari itu, kami konsepkan pemutaran filmnya dengan ‘pop art’ dan mendatangi penonton yang ada di daerahnya masing-masing,” jelas Sukriyanto AR.
"Sementara Kiai Hasyim Asy’ari saya ibaratkan sebagai sebuah telaga yang airnya juga jernih, putih dan bening. Orang datang dari mana-mana menimba air di telaga itu sehingga menyegarkan,” kata Sukriyanto.
Dalam pemaparannya, Sukriyanto AR mengibaratkan kedua sosok ulama ini laksana air yang terus menjadi sumber kedamaian bagi bangsa.
“Kiai Dahlan saya ibaratkan sebuah mata air yang mengeluarkan mata air yang jernih, sejuk, bening dan menyegarkan. Airnya mengalir kemana-mana dan tempat yang dilewati air itu menjadi subur, damai dan toleran.
"Sementara Kiai Hasyim Asy’ari saya ibaratkan sebagai sebuah telaga yang airnya juga jernih, putih dan bening. Orang datang dari mana-mana menimba air di telaga itu sehingga menyegarkan,” kata Sukriyanto.
Lebih jauh Sukriyanto AR berharap film ini nantinya bisa mengedukasi bangsa, masyarakat khususnya generasi muda tentang dua ulama yang mengajarkan Islam yang damai, teduh, toleran, mencerahkan, dinamis, membangun dan mempersatukan bangsa.
“Kedua Ulama ini telah mengajarkan kepada kita untuk berdakwah dengan cara yang menyejukkan, menyegarkan, damai, dan penuh toleransi. Jejak langkah 2 Ulama ini perlu terus dikembangkan ke seluruh Indonesia dan dunia. Bersama semangat itulah film ini dibuat diharapkan bisa menjadi kontribusi untuk kedamaian bangsa dan penguat NKRI,” pungkas Sukriyanto.
Film yang disutradarai Sigit Ariansyah, dengan produser Andika Prabhangkara dan Abdullah Aminudin Azip ini memiliki pemeran dari kader-kader terbaik dari Muhammadiyah dan juga Pondok Pesantren Tebuireng.
Hadir dalam konferensi pers tersebut, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Ponpes Tebuireng Sholahudin Wahid beserta istri, Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas, dan Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto. (adi/md)
Advertisement